Friday 2 September 2016

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KABUPATEN PIDIE

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan
Masalah sumber daya manusia menjadi sorotan bagi setiap organisasi, karena sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dan strategis dalam setiap aktivitas organisasi. Walaupun berbagai sumber daya yang lain sangat menunjang keberhasilan dalam organisasi, namun kunci utama dalam organisasi adalah sumber daya manusia, sehingga program pengembangan (development) dan pembinaan sumber daya manusia harus selalu dilakukan oleh organisasi, agar tujuan dan keberhasilan organisasi dapat tercapai.
Kehidupan masyarakat yang kompetitif tentunya juga berpengaruh terhadap organisasi di lingkungan dunia pendidikan. Perkembangan terkini bila kita cermati dalam dunia pendidikan tengah berlangsung kehidupan kompetitif yang sangat ketat baik pada level awal ( sejak pendidikan anak usia dini/paud dan MI) sampai dengan sekolah menengah lanjutan dan perguruan tinggi. Berbagai institusi di bidang pendidikan terus melakukan perubahan dan peningkatan kualitas secara signifikan .
Balai Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya dinamakan Diklat sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan di bawah Kementerian Agama bertugas untuk menyelenggarakan diklat bagi pegawai negeri sipil di Kementerian Agama tentunya tidak dapat menghindari dari perkembangan global dewasa ini yang kompetitif dengan mengedepankan aspek kualitas. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas, maka pada masa ini telah berkembang sebuah pendekatan, khususnya dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut Total Quality Manajemen (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pendekatan TQM atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) semula berkembang lebih awal dalam dunia bisnis atau ekonomi, namun seiring dengan perkembangan zaman manajemen mutu terpadu dapat pula diterapkan dalam lingkungan pendidikan.
Tulisan ini merupakan suatu refleksi tentang manajemen mutu terpadu dan penerapannya di lembaga Balai Diklat Kabupaten Pidie. Agar pembahasan tidak meluas maka tulisan ini dibatasi pada aspek manajemen sumber daya manusia dan upaya yang telah dilaksanakan oleh Balai Diklat Kabupaten Pidie dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, bertingkat dan dan berlanjut.

B.     Permasalahan
        Permasalahan yang ingin penulis kupas dalam paper  ini adalah :
1.       Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?
2.       Apa yang menjadi kesulitan implementasiTQM di bidang Pendidikan ?
3.       Apa yang menjadi indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan ?

C.    Tujuan Penulisan
        Dari permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan :
1.       Menjelaskan pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM).
2.       Menjelaskan kesulitan – kesulitan  implementasi TQM di bidang pendidikan.
3.       Mengidentifikasi indikator – indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan

D.    PEMBAHASAN
1.      Sekilas Manajemen Sumber Daya Manusia
      Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memberi perhatian pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi .(yuniarsih,dkk  1-2) Manajemen sumber daya manusia (human resources management) berbeda dengan manajemen personalia (Personnel Management). Dalam manajemen sumber daya manusia setiap anggota atau karyawan adalah aset atau kekayaan utama suatu organisasi yang harus dikelola dengan baik. Sedangkan manajemen personalia menganggap anggota atau karyawan sebagai salah satu faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif. Manajemen Personalia lebih menekankan pada sistem dan prosedur.(yuniarsih,dkk  2-3). Peran manajemen sumber daya manusia sangat penting dalam suatu organisasi sebagaimana dikemukakan oleh De Cenzo and Robbins (1996:8) menyatakan bahwa human resources management is the part of the organization thaat is concerned with the people or human resources aspect of management position, including recruiting, screening, training, rewarding and appraising Hal senada dikemukakan oleh Dessler (20000 bahwa manajemen sumber daya manusia memiliki fungsi-fungsi yaitu: 1) Recruitmen and placement-job analysis, 2) Personnal planning and recruiting, 3) Employee testing and selection, interviewing candidate, 4) Training and development, 5) Managing organizational renewal, 6) Appraising performance, managing career and fair treatment. Berdasarkan pemikiran dari para ahli maka dapat dipahami bahwa manajemen sumber daya manusia meliputi perencanaan tenaga kerja atau karyawan, pengembangan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pemberian kompensasi, pemeliharaan tenaga kerja dan pemberhentian karyawan atau anggota.
2.      Pengertian Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM)
      Pemahaman tentang Total Quality Management atau Manajemen Mutu Terpadu, perlu diantar dengan penjelasan beberapa istilah atau kata dari kualitas (quality), kualitas terpadu (Total Quality) dan manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management). Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari. Menurut W. Edward Deming, istilah kualitas menunjuk pada beberapa kriteria yang selalu berubah. Namun demikian, definisi kualitas yang diterima secara umum mencakup elemen-elemen sebagai berikut:
  1. mempertemukan harapan pelanggan (customer);
  2. menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan; dan
  3. kriteria yang selalu berkembang yang.
berarti bahwa sebuah produk sekarang termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas. Dapat dikatakan bahwa pengertian kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan produk, servis, orang, proses, dan lingkungan (Goetsch, Davis: 2000: 47}
      Menurut Edward Sallis, kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara sebagai konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas sekarang ini lebih digunakan sebagai konsep yang absolut. Karena itu, kualitas mempunyai kesamaan arti dengan kebaikan, keindahan, dan kebenaran; atau keserasian yang tidak ada kompromi. Standar kualitas itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar produk/jasa; dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas yang didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualifikas 1) sesuai dengan spesifikasi, 2) sesuai dengan maksud dan kegunaannya, 3) tidak salah atau cacat, dan 4) benar pada saat awal dan selamanya. Sementara itu, kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi; 1) memuaskan pelanggan (costomer satisfaction), 2) melebihi harapan pelanggan, dan 3) mencerahkan pelanggan (Sallis, Edward, 1993: 35)
      Dengan kata lain secara prinsip, harus ada komitmen yang dibangun dalam setiap diri terhadap pemahaman kualitas. Pertama, kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap kualitas akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang. Kedua, perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen menajemen sepernuhnya untuk dapat berhasil. Komitmen kepada kualitas ini harus terus-menerus. Ketiga, perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat. Menuntut perbaikan budaya bagi organisasi secara keseluruhan. Keempat, perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan. Kelima, perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua anggota atau karyawan secara aktif, dan komitmen mutlak darimanajemen senior (Sallis, Edward, 1993: 25).
      Istilah Kualitas Terpadu (Total Quality) tidak jauh berbeda dengan definisi kualitas, bahwa definisi kualitas terpadu (total) juga memiliki pengertian yang bermacam-macam. Menurut Departemen Pertahanan Amerika, kualitas terpadu itu mencakup aktivitas perbaikan secara terus menerus yang melibatkan semua orang di dalam organisasi, baik manajer maupun semua staf-stafnya dalam berusaha secara terintegrasi mencapai kinerja yang terus meningkat pada setiap tingkatan (Goetsch, Davis: 2000: 50}
      Jadi, kualitas terpadu pada dasarnya adalah sebuah pendekatan untuk melakukan sesuatu yang berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif organisasi melalui perbaikan terus menerus dalam hal produk, servis, orang, proses dan lingkungannya. Secara sistematis, kualitas total memiliki karakteristik berikut sebagai berikut 1) dasar-dasar yang strategis, 2) fokus pada pelanggan (internal dan eksternal), 3) obsesi dengan kualitas, 4) pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, 5) komitmen jangka panjang, 6) kerja tim, 7) perbaikan proses secara kontinyu, 8) pendidikan dan pelatihan, 9) kebebasan yang terkontrol, 10) kesatuan tujuan, dan 11) pelibatan dan pemberdayaan tenaga.
      Selanjutnya apa yang dimaksud dengan Total Quality Management (TQM) ? Hakekat dari Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu/ Kualitas Terpadu sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan (Marshal Sashkin, dkk, 1993: 75)
      Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya, yaitu: Total (keseluruhan); Quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa); Management (tindakan, seni, cara menghandel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan” (Yamit, 2004: 81). TQM adalah “sistem manajemen untuk meningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh (total) anggota organisasi”. Sedangkan Ishikawa dalam pawitra, (1993: 135, dan dalam Tjiptono,2003:4) Total Quality Management diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Tjiptono, 2003:4).
      Total Quality Management (TQM) merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki mutu pelayanan dan produk perusahaan. Fokusnya semakin diarahkan ke pelanggan. Dalam TQM, kunci strategis yang dipusatkan pada pelanggan ialah pertanyaan “apakah kualitas itu?” Jawabannya “kualitas berarti memberikan produk dan pelayanan yang konsisten dalam satu usaha tunggal “ (Schuler, 1997:113) Lingkaran PDCA (Plan-Do-Check-Act) disebut juga lingkaran Deming, karena Deminglah yang menciptakannya. Lingkaran itu menggambarkan proses-proses yang selalu terjadi dalam setiap kegiatan atau kinerja yang bermutu. Lingkaran itu bisa dilihat dalam gambar dibawah ini.
TQM1

3.      Manajemen Mutu Terpadu dalam Lembaga Pendidikan
      Bersamaan dengan perkembangan masyarakat yang kian kompetitif, maka organisasi pendidikan dituntut mampu memberikan atau mengasilkan produk yang berkualitas. Produk di lingkungan institusi pendidikan utamanya berbentuk jasa. Dalam konteks ini, jasa sebagai produk layanan dalam organisasi pendidikan yang memenuhi kualitas atau mutu dapat dilihat dari beberapa aspek berikut; 1) komunikasi (communication,yaitu komunikasi antara penerima jasa dengan pemberi jasa, 2) kredibilitas (credibility), yaitu kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa, 3) keamanan (security), yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan, 4) pengetahuan kustomer (knowing the customer), yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa, 5) standar(tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada kustomer harus dapat diukur atau dibuat standarnya, 6) reliabilitas (realiability), yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi janji para penerima jasa, 7) tanggapan (responsivenerss), yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa, 8) kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam organisasi untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa, 9) akses (access), yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak penerima jasa. 10) tata krama (courtesy), yaitu kesopanan, espek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personel.
      Menurut Edward Sallis produk berupa jasa memiliki perbedaan dengan barang. Produk jasa memiliki beberapa persyaratan, antara lain (Sallis, Edward, 1993: 29-30)
  1. Kontak langsung antara pemberi dan penerima jasa. Jasa biasanya diberikan secara langsung dari orang ke orang. Kualitas jasa juga ditentukan oleh orang yang mengirim dan menerima jasa tersebut.
  2. Waktu merupakan elemen dari kualitas jasa. Jasa harus tepat waktu. Karena jasa selalu digunakan pada saat jasa itu diberikan, maka pengawasan kualitas dengan cara pengawasan selalu dinilai terlambat. Dalam konteks ini, interaksi personal merupakan hal yang memungkinkan adanya kesempatan untuk memberikan umpan balik dan evaluasi secara langsung. Hal ini adalah alat utama untuk menilai apakah konsumen itu puas atau tidak.
  3. Bila terjadi “cacat” tidak dapat diperbaiki, karena jasa diterima langsung oleh pelanggan.
  4. Tidak kasat mata (intangible), baik bentuk maupun kualitasnya. Dalam pemenuhan jasa, proses dinilai lebih penting daripada produk. Biasanya jasa langsung diberikan oleh pekerja yunior (pemula) kepada pelanggan. Karena itu, kualitas jasa sangat ditentukan oleh kualitas tenaga yunior itu. Di sinilah urgensi pengembangan dan pelatihan sebagai faktor yang penting untuk tetap mempertahankan
  5. Sulit diukur dengan keberhasilan (output dan produktifitasnya).
  6. Kepuasan yang bisa menjadi indikator.
      Karena itu, jasa yang diberikan oleh institusi atau organisasi pendidikan adalah pengajaran, penilaian atau pengujian (assessment) dan bimbingan (guidance) yang diberikan kepada peserta didik, orang tua, dan masyarakat.

4.      Manajemen Mutu Terpadu di Diklat
1.      Nilai-nilai TQM pada pra kediklatan
Dari hasil pengolahan data dapat dikemukakan bahwa sebagian besar unsur-unsur TQM telah diimplementasikan dalam kegiatan pra diklat.  
a)      Kebebasan terkendali dalam melaksanakan kegiatan pra diklat;
b)      Komitmen jangka panjang  melakukan perubahan-perubahan;
c)      Obsesi terhadap kualitas.
2.      Nilai-nilai TQM pada proses kediklatan
Pengolahan data hasil penelitian ternyata  menunjukkan ada perbedaan meskipun tidak signifikan antara penerapan dalam kegiatan pra diklat dan dalam kegiatan diklat. Dalam kegiatan diklat hampir semua diterapkan kecuali: a) Membudayakan tim dalam pelaksanaan/proses diklat; b) Memberikan kebebasan terkendali dalam  melaksanakan/prosen diklat; c) Mengadakan komitmen jangka panjang melakukan perubahan dalam kegiatan diklat,  belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
3.      Nilai-nilai TQM dalam evaluasi peserta/alumni/dan pelaksanaan
Bertolak dari hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa para informan rata-rata telah memahami terhadap permasalahan  kediklatan, manajemen, TQM dan penerapan unsur atau nilai-nilai TQM pada kegiatan pra diklat, proses diklat, maupun evaluasi diklat. Di sisi lain sebagian besar unsur-unsur atau nilai-nilai TQM pun  telah dimplementasikan dalam kediklatan di Balai Diklat Kabupaten Pidie.
4.      Nilai-nilai (komponen) TQM yang kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan kediklatan
Masih terdapat beberapa nilai-nilai TQM yang belum diterapkan., baik pada pra diklat, saat diklat, maupun pasca diklat. Secara variatif terdiri:a. Kebebasan terkendali dalam melaksanakan kegiatan pra diklat; b. Komitmen jangka panjang  melakukan perubahan-perubahan; dan 3) Obsesi terhadap kualitas.
5.      Faktor Hambatan dalam Implementasi Nilai-Nilai TQM
Berbagai hambatan ternyata mewarnai keberlangsungan kediklatan yang mengarah ke kualitas dalam berbagai aspek. Dari hasil penelitian ternyata komponen-komponen dalam kediklatan seperti: Penyelenggara Kediklatan  baik panitia, peserta, widyaiswara hingga para pengendali manajemen memberikan sumbangsih terhambatnya nila-nilai atau unsur-unsur TQM di Balai Diklat Kabupaten Pidie.

E.     Kesimpulan
Nilai TQM yang kurang mendapat perhatian atau belum dilaksanakan sepenuhnya adalah: 1. Untuk pra diklat yaitu: Kebebasan terkendali dalam melaksanakan kegiatan pra diklat; Komitmen jangka panjang  melakukan perubahan-perubahan; dan Obsesi terhadap kualitas. 2. Untuk proses diklat yaitu: Membudayakan tim dalam pelaksanaan/proses  diklat; Memberikan kebebasan terkendali dalam melaksanakan/prosen diklat; Mengadakan komitmen jangka panjang melakukan perubahan dalam kegiatan diklat. Untuk evaluasi diklat cenderung telah melaksanakan unsur atau nilai TQM secara keseluruhan meskipun kualitasnya belum tinggi.
Pendekatan manajemen mutu terpadu atau TQM sangat membantu dalam rangka membangun kondisi lembaga pendidikan dan pelatihan yang  berkualitas dan memiliki nilai kompetitif dengan lembaga pendidikan yang lain. Agar penerapan manajemen mutu terpadu dapat dilaksanakan secara baik maka perlu ada komitmen, kesadaran dan tanggungjawab yang tinggi dari setiap unit kerja dan individu untuk secara bersama dan terintegrasi mewujudkannya melalui prinsip lingkaran Deming yaitu Plan Do Check dan Act secara berkelanjutan dengan selalu melakukan perbaikan secara terus menerus. Setiap individu dan unit kerja di lembaga diklat bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan, apakah pejabat struktural, fungsional, widyaiswara, dan panitia.
Diklat sebagai suatu organisasi pendidikan sudah melakukan manajemen mutu terpadu sesuai konsep diklat, Namun demikian manajemen mutu terapdu masih perlu terus ditingkatkan dari waktu ke waktu disetiap unit kerja atau satuan lembaga kediklatan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, dan dapat memenuhi harapan dari para pengguna atau stakeholders khususnya satuan atau unit kerja dilingkungan diklat.
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) perlu dikembangkan sesuai konteks yang ada di lingkungan diklat hal ini penting agar budaya dan pola hidup diklat yang telah ada saat ini semakin kondusif dan terus meningkat dalam hal ketertiban, keteraturan, dan kedisplinan sehingga diperoleh keluaran diklat yang terbaik dan siap melaksanakan tugas bagi bangsa dan negara Indonesia khususnya dunia pendidikan.

F.     Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka

Fattah, Nanang. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Lexy Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya..

Nasution.M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta:Ghalia Indonesia.

Schuler, Randall.S dan Susan E.Jackson. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia (Menghadapi Abad Ke-21) Jakarta: Erlangga Jilid 1.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Tampubolon,Daulat.P. 2001. Perguruan Tinggi Bermutu (Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen.Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasoinal Republik Indonesia. Jakarta.

Yamit, Zulian. 2004.Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia

Salis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Kogan Page. London

Slamet, Margono.1994.Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi Bermutu. Proyek



No comments:

Post a Comment