Friday 2 September 2016

Makalah pemeliharaan Sapi Potong

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Dewasa ini usaha penggemukan sapi sudah menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa, seperti Aceh, Lampung, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT.
Penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala usaha yang besar, namun ada pula yang mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok dalam kandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006). Usaha penggemukan mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang (bokasi). Besar keuntungan ini tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan. Terdapat berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha penggemukan sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang digemukkan, aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong (baca: Karakteristik dan Jenis Sapi Potong)

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Sistem Pemeliharaan.?
2.      Bagaimana membuat Perkandangan .?
3.      Bagaimana Pemeliharaan Pedet .?
4.      Pengebirian (Kastrasi) ?
5.      Bagaimana cara Pemotongan Tanduk (Dehorning).?
6.      Bagaimana  cara Pemberian Tanda Pengenal (Marking).?
7.      Bagaimana  Tatalaksana Pengendalian Penyakit.?
8.      Bagaimana Vaksinasi Dan Obat- Obatan.?

C.    Tujuan Penulisan
Memberi informasi pada pembaca, apa dan bagaimana pengaruh serta hal-hal yang dapat di jadikan bahan pengalaman untuk dapat dimanfaatkan dikemudian hari mengenai pemeliharaan sapi potong.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    SISTEM PEMELIHARAAN
Pemeliharaan persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara ternaksapi potong adalah membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian juga dalam penggunaan alat harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan ternak maupun efisiensi (Anonima, 2012). 
Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi, membutuhkan makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Induk bunting harus dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan. Semua induk bunting hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila sudah dekat masa melahirkan harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih, kering, dan terang. Lantai kandang harus diberi alas, misalnya dengan jerami atau rumput (Anonima, 2012). 
Jika “pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang menyelubungi tubuh. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus menekan-nekan dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium tincture 10 persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai bisa berjalan dan menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring harus diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat (Anonima, 2012) . 
Menurut (Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain  sebagai berikut :

1.      Pemeliharaan Secara Ekstensif 
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.

2.      Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang. 

3.      Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

B.     PERKANDANGAN 
1)      Syarat Kandang 
Kandang  merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Dengan adanya kandang, diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin (Anonimc, 2012). 
2)      Kontruksi Kandang 
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki sudut tajam (Wello, 2011).
3)      Tinggi Kandang 
Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang kandang cukup sejuk (Wello, 2011).
4)      Kerangka Kandang 
Terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang ada. Pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha (Wello, 2011).
5)      Lantai Kandang 
Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau tempat berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan, atau awet (Wello, 2011).
6)      Tempat Pakan dan Air Minum 
Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air minum. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat pakan diperlukan untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya pakan akan membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan ternak tetapi hanya berserakan didalam maupun luar kandang. 
Tempat air minum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum ternak dan menghindari tumpahnya air jedalam kandang. Syarat tempat pakan dan air minum adalah:
a)       Mudah dijangkau mulut ternak tetapi tidak bisa terinjak.
b)      Mampu menampung jumlah pakan/air yang diperlukan ternak sampai pemberian pakan/air berikutnya.
c)       Tidak mudah digerak-gerakkan ternak sehingga pakan/air minum yang ada tidak tumpah. Khusus tempat air minum, tidak boleh bocor sehingga mengairi kandang. (Anonimc, 2012). 
7)      Model Kandang 
Menurut Purnomoadi, (2003) ada 2 model kandang sapi, yakni kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion barn).
Ø  Kandang Bebas
Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan atap diatasnya. Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan sedikit pun. Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih ada didalam area kandang. Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan, tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang bebas yang berukuran 7m X 9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.
Ø  Kandang Konvensional
Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall ganda tail to tail, dan stall face to face.
Ø  Stall Tunggal
Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan kepala searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.
Ø  Stall ganda tail to tail
Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail ditempatkan dua baris sejajar (stall ganda) dengan gang di tengah, sedangkan kepala ternak berlawanan arah atau ekor saling berhadapan (tail to tail).
Ø  Stall Ganda Face to Face
Model kandang ini mendesain sapi pada dua baris sejajar dengan gang di tengah dengan kepala ternak saling berhadapan (face to face). Gang di tengah agak lebar.



8)      Peralatan Kandang 
Menurut (Anonimd, 2012) dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sebagai: Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan ternak. Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastik.

C.    PEMELIHARAAN PEDET 
Pada  umumnya  bila  anak  sapi  itu dalam keadaan normal, maka akan menyusu pada induknya 30 menit setelah lahir. Bila anak sapi tidak dapat menyusu sendiri maka hendaknya dibantu menyusukan kepada induknya. Hal ini perlu sebab anak sapi tersebut harus mendapat kolostrum dari induknya. 
Anak sapi dibiarkan bersama-sama induknya selama 24 jam sampai 48 jam setelah lahir, sesudah itu baru anak sapi dipisahkan dari induknya dan ditempatkan di kandang  anak sapi. Tujuannya adalah agar anak sapi mendapat cukup kolostrum yang mempunyai suhu yang sama dengan induknya. Anak sapi yang menyusu langsung pada induknya akan memberikan rangsangan pada ambing  induknya  untuk  nantinya mudah diperah.  Dalam pemberian air susu pada anak sapi, hendaknya air susu itu diambil dari susu induknya untuk beberapa hari. Setelah 5-7 hari susu dari induk lain dapat diberikan pada anak sapi tersebut. Bila induk mati atau tidak dapat memberikan kolostrum pada anaknya  dapat diberi pengganti kolostrum sebagai berikut: 1 butir telur dikocok dengan 300 cc air hangat dicampur dengan  1 sendok teh castrol oil dan 600 cc susu murni. Diberikan  3  kali  sehari selama  4  hari. Ditambah antibiotika. Antibiotika untuk anak sapi: per os 250 mg  chlortetracycline tiap hari selama 5 hari, setelah itu 125 mg chlortetracycline selama 16 hari, yang terbaik sesudah lahir disuntik 200 ml tetracycline (ackromycine) intra muscular. (Wello, 2011).

D.    PENGEBIRIAN (KASTRASI) 
Kastrasi adalah usaha mematikan sel kelamin gengan jalan operasi dan mengikat atau memutus saluran sperma ataupun memasukkan bahan kimia dengan cara injeksi agar alat reproduksi tidak berfungsi. Tujuannya adalah Supaya sapi lebih jinak, mudah dikuasai, mutu daging dan laju pertumbuhan meningkat. Manfaatnya adalah sapi yang memiliki sifat jelek tidak akan menurunkan atau mengembangkan sifat jelek sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan.
Metode Kastrasi:
a.        Kastrasi dengan elastrator /karet gelang (umur < 1mgg)
b.       Kastrasi dengan cara operasi (1-4 bulan)
c.        Kastrasi dengan “tang Burdizzo” (semua umur)

E.     PEMOTONGAN TANDUK (DEHORNING)
Dehorning yaitu mematikan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang atau memotong tanduk yang sudah terlanjur tumbuh panjang. Tujuannya adalah untuk menghindarkan bahaya penandukan    terhadap peternak ataupun esame ternak.

Metode dehorning : 
Ø  Menggunakan Bahan Kimia
            Bahan kimia yang digunakan adalah caustic soda dalam bentuk pasta atau batangan seperti lilin. Cara ini sering dilakukan pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10 hari). Caranya sebagai berikut :
1.       Bersihkan /gunting bulu disekitar tanduk, kemudian olesi vaselin.
2.       Oleskan / gosokkan caustic soda pada dasar      calon    tanduk hingga muncul bintik-bintik darah.
Ø  Dehorning Dengan Besi Panas
            Alat ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk mematikan/menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda (1 bulan). Caranya sebagai berikut : "Tempelkan besi panas tersebut pada tunas tanduk selama 10-20 detik"
Ø  Dehorning dengan gergaji
            Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tanduknya sudah keras dan panjang. Caranya adalah :
1.       Gergaji halus dan tajam
2.       Sapi harus diikat kuat 
3.       Pemotongan dilakukan dengan menyisakan pangkal tanduk 1-2 cm.
4.       Diusahakan dilakukan oleh peternaknya sendiri (Wello, 2011).  

F.     PEMBERIAN TANDA PENGENAL (MARKING)  
Tujuan marking yaitu untuk mempermudah melakukan seleksi, mempermudah recording, mempermudah melakukan tatalaksana : perkawinan, pemberian makanan, dan lain sebagainya. 

Macam-macam tanda pengenal :
a.        Ear-Tag adalah tanda pengenal berupa anting yang berasal dari bahan plastik atau logam yang situ tertera angka atau huruf sebagai kode dan dipasang pada telinga.
b.       Ear-Notching (kerat) : yaitu pemberian tanda pengenal yang dilakukan dengan cara melukai atau mengerat bagian tepi telinga, setiap keratan mengandung maksud dengan kode tertentu seperti nomor.
c.        Ear Tatooing : EarTatooing adalah tanda pengenal dengan cara melukai bagian kulit, baik pada telinga, pantat ataupun bagian yang lain. Caranya yaitu bagian yang akan di tatoo dibersihkan menggunakan spirtus / alkohol. jepitkan alat tatoo tErsebut kemudian olesi tinta dan di gosok supaya bekas luka dapat terbaca.
d.       Neck Straps Chain / Peneng : yaitu tanda pengenal dari logam atau kulit yang sudah diberi kode berupa huruf atau angka dikaitkan dengan tali atau rantai yang dipasang pada leher sapi.
e.        Fotografi : Yaitu pemberian tanda pada ternak dengan cara menggambar atau memfoto ternak pada berbagai posisi; bagian depan, belakang, samping kiri dan kanan terutama yang mempunyai ciri-ciri khusus (Wello, 2011).

G.    TATALAKSANA PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha ternak sapi potong, oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat.
Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagi berikut:
1.       Nafsu makan besar dan agak rakus
2.       Minum teratur (kurang lebih 8 kali sehari)
3.       Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila istirahat
4.       Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari
5.       Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah
6.       Temperatur tubuh normal (38,5-39) C dan lincah
7.       Jarak/siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina/induk)
Tanda-tanda sapi sakit adalah:
1.       Mata suram, cekung, mengantuk, telinga terkulai
2.       Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat
3.       Kotoran sedikit, ,mungkin diare atau kering dan keras
4.       Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal
5.       Badan menyusut, berjalan sempoyongan
6.       Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering
7.       Temperatur tubuh naik-turun
Dalam peternakan sapi potong ada berbagai macam jenis penyakit, baik itu yang disebabkan manajemen yang kurang baik, bakteri, virus, parasit dan agen penyebab penyakit yang lain.
Pengendalian penyakit yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit pada sapi :
a)      Pemanfaatan Kandang Karantina 
Sapi potong bakalan yang baru saja di datangkan ada baiknya dipisahkan terlebih dahulu atau dikarantina. Hal tersebut bertujuan untuk memonitoring keadaan sapi sapi baru tersebut, dan juga sebagai cara untuk mebuat sapi beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.Waktu karantina sapi sekitar satu minggu. Pada saat dikarantina, disarankan sapi diberi obat cacing.
b)     Selalu Menjaga Kebersihan Kandang Sapi Potong
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c)      Vaksinasi
Bisa diberikan terhadap sapi potong baru, khususnya untuk berbagai penyakit menular pada sapi. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat hewan berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi penyakit antraks.
Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang umumnya dilakukan adalah pemberian obat cacing. Penyakit cacing tidak membahayakan, namun kerugian yang ditimbulkan cukup besar, karena meskipun ternak diberi pakan dengan kualitas yang baik, pertumbuhannya terhambat.
Pada beberapa daerah basah, rumput yang tumbuh (padang rumput) biasanya telah tercemar oleh telur-telur atau bibit-bibit cacing, sehingga perlu dilakukan pemberian obat cacing pada ternak yang mengkonsumsinya. Berbagai obat cacing yang sering digunakan adalah rintal boli, valbazen, dan lain sebagainya.

H.    VAKSINASI DAN OBAT- OBATAN
Pemakaian dan penggunaan vaksin dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.       Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati
2.       Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan aplikasinya
3.       Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kadaluarsa
4.       Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
5.       Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yangditentukan.
6.       Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
7.       Simpan Vaksin dalam lemari es
8.       Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.
Vaksinasi dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat, jika ada wabah penyakit yang berbahaya, misalnya penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis (kluron menural), surra, septicemia epizootical/SE 9 (ngorok), antraks (radang limpa) dan tuberkulosis (TBC). Untuk sapi-sapi impor, sebelum masuk ke indonesia biasanya sudah dilakukan vaksinasi terlebih dahulu, baik oleh negara asal ternak maupun petugas karantina ternak pelabuhan




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
a.        Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak – ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini untuk di konsumsi, karena kandungan protein yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan daging yang juga meningkat. Oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
b.        Dalam usaha ternak sapi potong, ada beberapa tahap untuk menghasilkan sapi-sapi yang mempunyai produktifitas tinggi, diantaranya dengan mengetahui tatalaksana perkandangan yang sesuai, pakan yang cukup, tatalaksana reproduksi , tatalaksana penggemukan, pasca panen serta pemasarannya.




DAFTAR PUSTAKA

Khairdin. 2012. Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia. http://epetani. deptan. go.id /blog/jenis-jenis-sapi-potong-di-indonesia-4037. Diakses pada tanggal 11/10/2014

Ngadiyono nono. 2007. Beternak Sapi. Citra aji pratama. Yogyakarta

Urip santoso.2013.Tantangan dan strategi agribisnis sapi potong.  http:// agribisnispeternakan. wordpress. com/2013/04/15/tantangan-dan-strategi-agribisnis-sapi-potong/. Diakses pada tanggal 1/10/2014

Sumber Dari: http:// dodymisa. blogspot. Com /2014/10/makalah - manajemen-pemeliharaan - sapi. html#ixzz3x31icPcA


1 comment: