Sunday 4 September 2016

Makalah PEMANFAATAN UMBI TANAMAN BAKUNG (Crinum asiaticum Linn)



KATA PENGANTAR

Puji  syukur kami panjatkan  kehadirat Allah SWT  karena dengan rahmat, taufik, serta hidayahnya kami bisa menyelesaikan karya tulis ini tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan karya tulis ini tentunya tidak akan bisa selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka ucapan terimakasih kami sampaikan sebesar-besarnya kepada pihak , yang  namanya tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang ikut membantu dalam  menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun karya tulis ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan karya tulis dengan judul Pemanfaatan Umbi Tanaman Bakung (Crinum asiaticum) Sebagai Alternatif Obat Luar Penyakit Bisul, namun bukan mustahil dalam karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi yang membaca dan untuk penulis pada khususnya.

Seririt, 10 Februari 2014

Penulis,




BAB I

PEDAHULUAN



I.1. Latar Belakang


Penyakit bisul (furunkel) sudah tidak asing  lagi kita dengar. Berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja , maupun dewasa bisa terjangkit penyakit ini. Penyakit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus ini seringkali dianggap  sepele oleh penderitanya,  padahal jika sudah kronis bisul bisa muncul di daerah sekitar mata dan hidung yang bisa jadi racunnya merebak sampai ke otak . Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit ini, salah satunya adalah kurang menjaga kebersihan.
Di kalangan masyarakat kita seringkali kita temui penyakit ini, terutama di daerah pedesaan, pedalaman, atau daerah-daerah kumuh kota besar  yang  mana masyarakatnya kurang memperhatikan pentingnya  menjaga kesehatan.  Sebuah penelitian di Jakarta menyebutkan bahwa angka terjadinya bisulan  mencapai 26 % dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001 (Dedeh Kurniasih, 2007). Angka itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit berat dan sebagian dapat sembuh sendiri.
Sebagai penyakit, bisul haruslah segera disembuhkan. Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang menular, sehingga jika dibiarkan begitu saja bisa merebak ke bagian tubuh sehat yang lain atau bahkan menyerang orang-orang sehat di sekitar kita. Selain itu efek sam ping yang ditimbulkannya cukup mengganggu aktivitas kita. Rasa  gatal, nyeri akibat radang atau infeksinya, muncul benjolan-benjolan yang seringkali membuat tidak percaya diri, bahkan demam tak urung  menyerang  pula.
Penanganan penyakit ini memang  tidak rumit, jika pertahanan tubuh kita cukup baik atau infeksinya segera diobati, misalnya dengan pemberian antibiotik maka penyakit inipun akan segera sembuh . Berbagai macam obat bisa kita jumpai secara bebas beredar di masyarakat dalam berbagai jenis merk dan bentuk, yang sering kita jumpai adalah bentuk  salep dan  tablet.  Penisin merupakan salah satu obat pilihan, namun bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap penisilin, karena kuman tersebut akan mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya tidak akan berfungsi lagi. Pemakaian obat dalam bentuk salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif daripada pengobatan jenis lain . obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap cukup efektif  untuk kulit.
Semua jenis obat yang telah disebutkan di atas dalam pengerjaannnya tentunya tidak lepas dari penambahan bahan-bahan kimia. Di masyarakat sekarang  istilah back  to nature  sering kita dengar. Masyarakat berbondong-bondong mencari segala jenis pengobatan yang lebih alami. Begitu juga dengan penyakit bisul ini, pengobatan secara alami dapat kita peroleh dari tanaman  yang ada di sekitar kita, antara lain umbi bakung  (Crinum asiaticum Linn). Di Indonesia tanaman ini biasanya ditanam di perkarangan sebagai tanaman hias. Bakung  juga tumbuh sebagai tumbuhan liar . Dari hasil penelitian , bakung  tersebut  mengandug zat kimia  alkaloida  yang berfungsi salah satunya sebagai obat barok dan bisul. Bakung dipilih sebagai alternatif pengobatan bisul  karena pembudidayaannya mudah dilakukan serta murah  harganya.
Dalam  obat ini umbi bakung akan diolah  kedalam bentuk salep maupun powder yang bisa lebih efektif dan tidak memberikan efek samping. Dengan pemanfaatan umbi bakung   sebagai alternatif pengobatan bisul ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh pengobatan yang lebih alami dan terjangkau , selain itu pembudidayaan  tanaman bakung  juga lebih diperhatikan sehingga obat inipun nantinya akan bisa diproduksi dan mempunyai nilai ekonomi yang  lumayan.


I.2. Rumusan Masalah

1.        Bagaimana upaya pengobatan yang telah dilakukan oleh masyarakat di Indonesia?
2.        Mengapa ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) berpotensi sebagai alternatif  pengobatan bisul?
3.        Apa keunggulan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) dibandingkan obat yang  lain?
4.        Bagaimana aplikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaicum Linn) secara sederhana di masyarakat?
5.        Apa implikasi penggunaan obat  bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn)  terhadap peningkatan  kasehatan  masyarakat?


 I.3. Tujuan

1.        Menjelaskan  upaya  pengobatan yang telah dilakukan oleh masyrakat di Indonesia.
2.        Menjelaskan potensi umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan bisul.
3.        Menjelaskan keunggulan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) dibandingkan obat yang lain.
4.        Menjelaskan aplikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) secara sederhana di masyarakat.
5.        Menjelaskan implikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) terhadap masyarakat.




BAB II

KAJIAN PUSTAKA


2.1 Bisul
2.1.1 Definisi Bisul (furunkel)


Beberapa sumber mengenai definisi bisul antara lain:
Ø  Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya .
Ø  Penyakit bisul merupakan kumpulan nanah terkumpul di dalam rongga yang terbentuk akibat proses jangkitan (biasanya disebabkan oleh bakteria atau parasit) atau sebarang bahan asing ( contohnya luka tikaman/tembakan). Ia merupakan sistem ketahanan diri tubuh untuk menghalang penyebaran bahan berjangkit kepada bagian badan  yang lain.
Ø  Bisul ialah bengkak bewarna merah dan teras sakit di bagian bawah lapisan kulit. Ia dipenuhi nanah dan kelihatan seperti jerawat batu.
Bisul akan merebak ke mana-mana apabila bagian badan yang sehat tersentuh bisul yang pecah. Bisul yang yang terjadi di sekeliling mata dan hidung adalah sangat serius karena racunnya bisa merebak ke otak. Bisul bisa terjadi di seluruh bagian tubuh, tapi pada umumnya terjadi di bagian yang berbulu dan yang mudah lecet seperti ketiak, kelopak mata, buah dada, punggung, muka, kelangkang dan di belakang tengkuk. Apabila bisul menjadi besar, ia dikenali sebagai karbunkel (bisul besar atau kelompok bisul kecil yang bergabung yang biasanya mudah menyerang penderita diabetes)

2.1.2 Penyebab Bisul (furunkel)
Pada intinya penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri atau kuman yang kita kenal sebagai Staphylococcus aureus. Menurut Kurniasih (2006)  secara garis besar ada 3 pemicu munculnya bisul, yaitu:
a.       Faktor kebersihan
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang tinggal di daerah kumuh (pemukiman padat), di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di tempat yang bersih tetapi kalau jarang mandi atau membersihkan diri, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang.
b.      Daerah tropis
Secara goegrafis Indonesia termasuk daerah tropis dimana udaranya panas sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringatpun bisa menjadi salah satu pemicu munculnya bisul terutama yang terjadi pada kelenjar keringat.
c.       Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranaya kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit keganasan misalnya kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu tidak muncul sendirian, melainkan ada beberapa sekaligus.
Anggapan  masyarakat yang menatakan bahwa bisul salah satunya karena alergi telur adalah tidak benar, hanya saja setelah sembuh dari bisulan memang ada pantangan makanan salah satunya adalah telur.  Selain itu kontak langsung dengan penderita bisul  dengan kulit apalagi ada goresan meskipun kecil  (mikro trauma) dapat menyebabkan kuman berpindah tempat, sehingga orang sehat dapat tertular bisul.  Selain kontak langsung, bisul juga bisa menular melalui kontak tidak langsung seperti pemakaian handuk bersama, seprei, baju, dan sebagainya.


2.1.3 Jenis-jenis Bisul (furunkel)

 Menurut Astuti (2006), dari  jenis-jenisnya secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:
Ø Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut profunda.
Ø Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya. Biasanya jumlahnya hanya satu..
Ø Furunkel  losis
Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkelnya lebih dari satu.
Ø Karbunkel
Bila disaat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis diistilahkan sebagai karbunkel
Ø Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak, bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul jenis ini paling banyak menyerang anak-anak.
Ø Hidra adinitis
Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini diistilahkan sebagai hidra adinitis.
Ø Skrofulo derma
Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah bening kareana penyakit TBC


2.1.3 Gejala-gejala Bisul (furunkel)

Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menggapnya sama saja. Hal  tersebut tidak sepenuhnya salah karena gejala yang dimunculkan memang mirip, antara lain:
a). Gatal-gatal
Bila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul biasanya berupa gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.
b). Nyeri
Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya juga disertai nyeri.
c). Berbentuk kerucut dan “bermata”
Bisul jenis jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata yang mudah pecah dan  mengeluarakan cairan dari dalamnya.
d). Berbentuk kubah
Sedangkan bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk bulat seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul jenis ini biasanya tidak mudah pecah.
e). Demam
Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam


2.1.4 Pencegahan dan Pengobatan Bisul (furunkel)

Penyakit bisul sebenarnya dapat di cegah dengan penanganan yang cukup mudah, antara lain:
Ø Mengamalkan kebersihan diri terutama di kawasan yang mudah terjadinya bisul. Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari untuk memastikan badan senantiasa berrsih. Menggunakan sabun antibakteria  mungkin dapat menolong individu yang mudah berpeluh dengan banyak atau bekerja di kawsan ynag kurang bersih.
Ø Elak diri dari memakai pakaian yang ketat
Ø Jangan menggaru kulit karena kulit yang pecah akan menyebabkan jangkitan
Ø Gunakan lotion antiseptik

Penanganan bisul:
Ø Cuci bagian tubuh yang terkena bisul yang pecah
Ø Jangan memicit atau menggaru bisul
Ø Apabila bisul terjadi, tuamkan dalam air hangat selama 10 menit sebanyak 3 kali setiap hari untuk membantu memasakkan bisul
Ø Minum obat penahan sakit jika tidak tahan menahan rasa sakit (aspirin, asetaminofen, atu ibuproven)
Ø Apabila bisul telah pecah, cuci bagian itu secara menyeluruh dengan sabun anti bakteria
Ø Cuci tangan dengan teliti sebelum menyediakan makanan
Ø Mandi dengan air pancuran atau showaer

Dimasyarakat sering pula kita jumpai pengobatan bisul secara tradisional yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami semisal pati jagung yang bisa mempercepat keringnya bisul, umbi bakung, cocor bebek, dan lain-lain. Penggunaan obat jenis salep  sangat dianjurkan karena obat jenis ini lebih mudah meresap ke dalam kulit.

2.2 Tumbuhan Bakung (Crinum asiaticum Linn)
2.2.1 Deskripsi

Spesies                 :Crinum asiaticum Linn
Nama Inggris       : Crinum lily, Poison bulb
Nama Indonesia   : Bakung
Nama lokal                     : Bakung (general), kajang-kajang (Palembang), bakung, bakong (Batak), semur (Bangka), bakung (Minangkabau), bakung (Melayu), bakung (Sunda), bakung (Jawa tengah), bakong (Madura), bakung bug ( Makassar), dausa (Ambon), pete (Halmahera), Fete-fete( Ternate)
Deskripsi                         : herba tahunan , tinggi kurang lebih 1,3 meter.  Batang  semu, diameter kurang lebih 10 cm, tegak, lunak, putih kehijauan. Daun tunggal, lanset, panjang 32-120 cm, lebar 3-10 cm, tebal, bertepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, bila dipotong melintang tampak lubang-lubang hijau. Bunga majemuk, bentuk payung, tangkai pipih, tebal, panjang 35-120 cm, pangkal mahkota berlekatan, bentuk corong, putik panjang kurang lebih 16 cm, ungu, benangsari melengkung keluar, tangkai sari panjang 5-10 cm, kepala sari warna jingga, bakal buah berbentuk elips, panjang kurang lebih 1,5 cm, putih keunguan. Buah kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji. Biji keras, bentuk ginjal, panjang kurang lebih 5 cm hitam. Akar serabut, silindris, putih.
Distribusi/penyebaran: Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku.
Habitat                        : Pantai berpasir dan asosiasi mangrove.
Perbanyakan    : Dapat diperbanyak dengan biji


2.2.3 Pemanfaatan Tanaman Bakung (Crinum asiaticum Linn)

Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tradisional depresan sistem sya raf pusat  .  Memang selama ini masyarakat  lebih  mengenal tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)  sebagai tanaman hias biasa atau tumbuhan liar yang mampu  hidup di berbagai tempat, namun ternyata dengan berbagai kandungan kimia yang dimiliki bakung (Crinum asiaticum Linn), ia mampu digunakan sebagai obat rematk, radang kulit, borok dan bisul .  Zat al kaloida (Likorin) yang terkandung dalam umbi tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)  bermanfaat sebagai obat luar yang mampu menyembuhkan penyakit bisul.
Pemanfaatan umbi bakung sebagai obat alternatif mempunyai beberapa keuntungan anatara lain:
1). Mempunyai sedikit efek samping karena berasal dari bahan alami
2). Lebih murah karena bakung mudah ditemui dan cepat dibudidayakan
3). Efisien,  karena dalam  pemanfaatannya akan diolah mejadi bentuk salep atau powder
4). Efektif, karena dalam umbi tanaman bakung memiliki kandungan alkaloid yang mampu menyembuhkan  bisul
Pemaanfaatan umbi tanaman bakung sebagai alternatif  obat luar bisul bisa diaplikasikan dengan dua cara, secara tradisional dan cara pengolahan lebih lanjut. Pengolahan  secar tradisional memang lebih sederhana daripada dengan cara pengolahan lebih lanjut, yaitu cukup hanya dengan diparut dan ditapalkan pada bagian yang luka, namun cara ini kurang efektifdan efisien karena dengan cara ini akan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak, serta untuk kesembuhannya memerlukan  waktu yang cukup lama. Dengan pengolahan lebih lanjut, pemanfaatan umbi tanaman bakung ini dapat dibuat dalam bentuk powder dan salep. Apabila pengobatan penyakit bisul dengan menngunakan powder,  lebih cepat penyembuhannya daripada cara tradisional. Namun  masih kurang efisien karena masih banyak powder  yang terbuang pada saat digunakan  meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban.
Apabila menggunakan salep akan  lebih praktis dan efisien karena kandungan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di dalam salep. hal ini karena obat bentuk salep akan lebih meresap ke dalam kulit.
Namun perlu diketahui bahwa penggunaan umbi tanaman bakung  sebagai alternatif obat bisul memiliki beberapa kekurangan antara lain:
1). Daya penyembuhannya sedikit lebih lama dibandingkan dengan obat produk pabrik
2). Tidak aman dikonsumsi sebagi obat dalam karena dapat berpotensi menimbulkan racun




BAB III

METODE PENULISAN


Karya tulis ini disusun berdasarkan studi literatur. Langkah-langkah penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
Langkah I     : Melakukan identifikasi terhadap masalah yang mau dikaji secara  lebih lanjut
Langkah II   : Mengumpulkan sumber yang relevan dari berbagai daftar pustaka seperti artikel, buku, majalah dan artikel dari internet, melakukan wawancara kepada narasumber yang mengerti dan memahami tentang topik bahasan. Untuk selanjutnya menganalisis dan menelaah informasi-informasi yang diperoleh dikaitkan dengan masalah yang ada untuk dijadikan dasar dalam penyusunan kerangka penulisan
Langkah III  : Mengembangkan kerangka menjadi sebuah karya tulis yang utuh yang terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penulisan, pembahasan dan penutup. Untuk selanjutnya menyusun karya tulis berdasarkan pedoman penulisan LKTM.




BAB IV

PEMBAHASAN


4.1 Upaya  Pengobatan yang Telah Dilakukan oleh Masyrakat di Indonesia.

Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang obat-obatan utamanya untuk penyakit kulit, di semua negara lebih cenderung menggunakan obat-obatan yang sangat praktis. Obat-obatan yang dimaksud (misalnya salep) digunakan campuran beberapa bahan kimia, contoh : penggunaan vaseline dan parafine sebagai bahan pengental yang semuanya itu adalah  hasil produksi pabrikan. Belum lagi kandungan-kandungan yang ada di dalam bahan  pengental contohnya belerang dihaluskan yang dicampur dalam bentuk salep untuk obat gatal-gatal di kulit. Dengan adanya peredaran  obat kulit semacam di atas , penyediaan di masyarakat cukup banyak dan mudah dijangkau  karena harganya relatif murah.
Pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam  masyarakat adalah bagaimana cara mengobati penyakit kulit dengan mudah serta dengan  harga yang murah sehingga dapat dijangkau..  Namun disatu sisi akibat yang muncul dengan penggunaan obat-obatan produksi pabrikan yang cenderung menggunakan bahan-bahan kimia tidak dipikirkan oleh kebanyakan  masyarakat. Hal tersebut tentunya dibutuhkan perhatian dan  kepedulian setiap pihak untuk membuat obat penyakit kulit pengganti yang tidak berbahan  kimia, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi pemakai. Upaya  ter sebut dapat direlisasikan  dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat  di sekeliling kita yang  mudah  pembudidayaannya.
Manakala ada  pihak yang memiliki perhatian dan kepedulian yang lebih terhadap penyakit kulit, misalnya bisul, seharusnya mereka lebih mampu untuk menyedikan obat dengan cara memanfaatkan bahan baku dari alam. Hal tersebut akan sangat mungkin untuk membantu pembangunan kesehatan di masyarakat. Dan manakala diupayakan  lebih ,  kemungkinan obat-obatan alami tersebut dapat dijadikan  komoditi ekspor , sehingga disamping masyrakat sehat, juga akan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas ekonomi masyarakat serta kemungkinan  menambah devisa negara dari bahan-bahan baku yang semula tidak diperhatikan. Secar a kenyataan bahwa tanaman bakung itu lebih banyak terdapat di negara-negara  tropis dan terbanyak di Indonesia.


4.2     Potensi Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn) sehingga Bisa Dimanfaatkan sebagai Alternatif Pengobatan Bisul

Sebagai salah satu alternatif obat  luar penyakit bisul, umbi bakung mempunyai potensi yang  bisa dimanfaatkan  dengan berbagai macam  kelebihan. Di dalam umbi bakung terdapat zat kimia alkaloida (likorin) yang berbentuk getah dan sangat dominan. Karena berbentuk getah maka  tidak akan  mudah terpengaruh oleh keadaan luar, misalnya: udara, sinar matahari, kelembapan iklim, dan jamur yang sangat mungkin akan besar pengaruhnya. Kandungan zat alkaloida di dalam umbi bakung  yang terdapat dalam bentuk getah  memiliki daya tahan lebih besar  dibandingkan dengan bagian  tumbuhan  lain (daun, umbi, atau akar)  yang  tidak bergetah.
Pembudidayaan  bakung  dapat dilakukan dengan sangat mudah dan  tidak diperlukan persyaratan khusus. Tumbuhan bakung dapat dibudidayakan di pekarangan, halaman rumah, tegalan-tegalan, atau pada  batas-batas pekarangan yang tidak akan mengganggu tanaman lain. Pertumbuhan tanaman bakung sangat pesat apabila dirawat secara intensif. Untuk kebutuhan penggunaan umbi bakung dibutuhkan umbi yang  berumur 7-9 bulan. Budidaya tanaman bakung mudah dilaksanakan oleh masyarakat dan bisa diupayakan dalam jumlah  yang cukup memadai. Selain itu  umbi dan daun bakung  yang mengandung getah dapat disimpan secar benar  dengan waktu  relatif  lama.  Adapun cara penyimpanannya  adalah: umbi dan daun bakung harus dikeluarkan  kadar airnya seoptimal mungkin sehingga yang tertinggal adalah umbi kering yang di dalamnnya mengandung alkaloida. Tentunya hal tersebut akan  sangat menguntungkan bila digunakan sebagai strategi untuk penyediaan kebutuhan umbi dan daun sebagai bahan baku obat kulit penyakit bisul.


4.3  Keunggulan Obat Bisul dari Ekstrak Umbi Bakung (Crinum asiaticim Linn) Dibandingkan Obat  yang Lain.

Berdasarkan  pengalaman nenek  moyang  yang belum mengenal teknologi, cara penggunaan umbi bakung untuk pengobatan bisul dilakukan dengan cara penapalan. Meskipun bisa sembuh, cara itu masih sangat  tradisional dan tidak praktis. Cara tradisional akan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak (tidak efisien) dan tidak efektif  karena terlalu rumit dan untuk kesembuhan memakan waktu yang cukup lama. Mengobati penyakit bisul dengan menggunakan powder lebih cepat penyembuhannya daripada tapelan, namun masih kurang efisien karena masih banyak  powder  yang terbuang  pada saat digunakan meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban.  Menggunakan salep akan lebih praktis dan efisien karena kandungan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di dalamnya. Selain itu  karena salep bisa cepat meresap di kulit.  Hal  tersebut akan lebih efektif didalam pemakaiannya,  pada saat jaga maupun tidur bisa dilakukan pengobatan serta salep mudah dibawa kemana-mana. Tingkat penyembuhan obat pabrikan yang menggunkan bahan kimia cenderung lebih cepat dibandingkan dengan obat bisul dari umbi bakung, namun dampak negatif dari penggunaan obat pabrikan tersebut tidak dapat dihindarkan, antara lain pengaruh pada kulit, jaringan-jaringan kulit di tubuh misal kulit hangus atau timbulnya flek hitam .  dengan menggunakan salep bakung dampak negatif tersebut tidak ada.






4.4  Aplikasi Penggunaan Obat Bisul dari Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn) Secara Sederhana di Masyarakat.

Ø  Secara sederhana dapat digunakan cara tradisional  yaitu dengan cara umbi bakung dibersihkan dan diparut. Selanjutnya parutan ditapalkan pada bisul. Cara ini kurang efektif, efisien, dan higienis.
Ø  Dengan cara pengeringan (dibuat powder)
Alat     :
1)      Pisau stainlesteel
2)      Oven
3)      Kompor spiritus
4)      alat alumunium untuk menjemur
5)      pengayak
6)      Penumbuk/mesin penumbuk
7)      wadah kemasan (alumunium foil, gelas)

Bahan  : umbi bakung basah (kurang lebih 1 kg)
Dengan ketentuan:
1)      Umbi bakung yang sudah cukup tua (berumur 7-9 bulan)
2)      Keadaan umbi bakung cukup bagus, diumbi tidak ada bekas penyakit tanaman
3)      Umbi segar, umbi direncanakan untuk diambil (bukan umbi buangan)
4)      Umbi berasal dari tanaman bakung yang tidak diberi pupuk kimia maupun obat-obatan kimia.

Proses:
1)      Umbi bakung dibersihkan, dirajang, dikeringkan (selama 4-5 hari) kemudian di oven di kompor spiritus dengan suhu kurang lebih 70 ° C.
Pengeringan umbi bisa dilaksanakan dengan pemanasan  matahari secara tidak langsung selama 4-5 hari dalam keadaan panas penuh dan selanjutnya dapat dikeringkan dengan pengering buatan  manual /elektrik (oven) dengan panas 60°-70°C, waktu pemanasan sekitar  20-30 menit. Untuk mencegah kehilangan kandungan-kandungan zat kimia yang mungkin hilang pada saat pemanasan dengan  sinar  matahari,  seyogyanya menggunakan alat dari alumunium (stainlees) dan ditutup dengan kain hitam. Sekaligus untuk menjaga bahan yang dikerigkan dari pengaruh luar , misal udara. Selanjutnya pemanasan dengan oven bertujuan untuk meminimalisir kadar air, karena pemanasan dengan matahari kandungan air dalam umbi masih tersisa sekitar 20-25 %. Oleh  karena itu untuk menghilangkan  kandungan air seoptimal mungkin hingga menjadi kurang lebih 2 % dibutuhkan pemansan kedua dengan menggunakan oven. Bila proses pengeringan dilaksanakan semacam demikian, kandungan alkaloida itu masih sangat cukup banyak  sehingga dengan cara-cara yang baik penyediaan bahan bakung dapat diupayakan dan dipertahankan sebagai sebuah strategi untuk penyediaan kebutuhan umbi sebagai bahan baku obat luar untuk penyakit bisul.
2)      Didinginkan dalam ruangan  tertutup suhu kamar (kurang lebih 32° C), setelah 1-2 jam ditumbuk dengan penumbuk martil (dengan mesin tepung stainlees).
3)      Diayak dengan menggunakan saringan stainlees
4)      Dikemas (ditaruh dalam plastik atau alumunium foil atau gelas)
5)      Dipanaskan lagi dengan suhu 70°C (untuk sterilisasi)
Ø  Dalam bentuk salep
Alat          :
1)      Kompor spiritus
2)      Panci stainlees
3)      Alat pengaduk
4)      Kain tapis
5)      Saringan stainlees
6)      Termometer
Bahan       :
1)      Umbi bakung dalam bentuk powder
2)      Minyak kelapa murni semisal VCO
3)      Malam tawon
Proses       :
1)      Powder sebanyak kurang lebih 40-50 kg  dicampur dengan minyak kelapa murni sebanyak 1,5 L
2)      Dipanaskan dengan suhu kurang lebih 70°C selama kurang lebih 30-45 menit. Warna minyak menjadi hijau kecoklatan.
3)      Dalam keadaan panas disaring dengan kain tapis, bila perku dilakukan 2 kali penyaringan supaya mendapatkan hasil hasil yang lebih jernih.
4)      Ke dalam campuran pada nomor 3 ditambahkna malam tawon sebanyak 250 g, lalu dipanaskan lagi dengan suhu 70°C.
5)      Dalam keadaan panas disaring kembali dengan kain tapis.
6)      Dalam keadaan setengah panas dikemas, ditunggu sampai dingin.


4.5  Implikasi Penggunaan Obat Bisul dari  Umbi Bakung (Crinium asiaticum Linn) terhadap Masyarakat

Selama ini tanaman bakung belum banyak mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak, utamanya petani atau masyarakat tani. Apabila tanaman ini dimanfaatkan  secara optimal salah satunya dengan menggunakannya sebagai alternatif obat luar penyakit bisul, maka implikasi dari penggunaannya antara lain:
1)      Karena pembudidayaan sangat mudah dalam arti, bibit dan lahan banyak tersedia ditambah dengan kemudahan pertumbuhan bakung setidaknya masyarakat petani akan mudah  melaksanakan budidaya dengan sendirnya sehingga penyediaan bahan bakung bisa tercukupi (aspek ekonomi).
2)      Dengan memperbanyak aspek-aspek informasi dan komunikasi dari berbagai sumber (mass media, elektronik, cetak) secar a perlahan namun  pasti sumber daya manusia di kalangan masyarakat  petani akan mudah meningkat. Apabila masyarakat petani mau dan mampu  mewujudkan kesehatan diri, keluarga dan lingkungan,  tidak menutup kemungkinan  masyarakat akan lebih terlindungi dari penyakit-penyakit kulit (misalnya bisul).
3)      Dari segi biaya kesehatan, apabila masyarakat petani mau dan mampu untuk peduli dan menyerap informasi tentang kegunaan dan manfaat tanaman bakung setidaknya akan mampu  mengantisipasi kesehatannya yang menyangkut penyakit kulit. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kesehatan itu akan  lebih kecil (efisiensi biaya).
4)      Dari sudut etika bila masyarakat semua lapisan mengetahui manfaat umbi bakung sebagai  obat  penyakit kulit maka pemandangan yang kurang menyenangkan mengenai bisul di masyarakat akan terminimalkan.
5)      Sehubungan dengan tersebut di atas permasalahannya adalah  harus ada dorongan atau motivasi untuk menyadarkan  masyarakat agar mereka peduli terhadap hal-hal  kecil yang ada, dimana hal tersebut akan memberikan suatu kebaikan dan keuntungan bagi masyarakat petani dan lingkungan itu sendiri
6)      Dipandang  dari sudut estetika bahawa tanaman bakung bila ditanam dipekarangan  secara tertata akan menjadikan hiasan alami dan  indah                                




BAB V

PENUTUP


5.1  Kesimpulan

1.  Selama ini masyarakat cenderung masih menggunakan obat pabrikan untuk mengobati penyakit bisul  tanpa memperhatikan dampak negatif nya.  Mereka  hanya memikirkan  harga yang murah tanpa mengetahui apakah  obat  itu aman atau tidak.
2.  Tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn), terutama umbinya mengandung zat kimia alkaloida (likorin) yang berpotensi untuk membantu  penyembuhan penyakit bisul. Selain itu pembudidayaannya pun  tidak sulit,  sehingga mempermudah  dalam hal penyediaan bahan baku untuk pembuatan powder dan salep sebagai obat luar penyakit bisul.
3.  Alternatif obat luar penyakit bisul dengan menggunakan salep dari umbi bakung lebih alami, aman, dan tidak menimbulkan efek yang negatif  bagi kulit (misalnya timbulnya flek hitam, dan lain-lain). Selain itu untuk umbi bakung yang dibuat dalam bentuk salep, akan cepat meresap ke dalam kulit sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
4.  Aplikasi pemanfaatan umbi bakung  sebagai alternatif obat luar penyakit bisul dalam masyrakat dapat melaui 3 cara, yaitu: cara tradisional,  dibuat bentuk powder, dan dibuat bentuk salep.
5.  Penggunaan umbi bakung sebagai alternatif obat  luar  penyakit bisul memiliki implikasi terhadap masyarakat  antara lain: meningkatkan ekonomi masyrakat,  meningkatkan mutu SDM, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, meminimalkan biaya pemeliharaan kesehatan, meminimalisir pemandangan yang kurang menyenangkan di masyrakat mengenai penyakit bisul, tanaman bakung dapat memberikan nilai estetika tersendiri jika digunakan  sebagai tanaman hias.

5.2  Saran

1.  Seharusnya masyarakat harus lebih meningkatkan  kesadaran terutama di bidang kesehatan.
2.  Masyarakat harusnya lebih waspada lagi dengan banyaknya obat-obatan yang beredar bebas di luar.
3.  Dengan banyak tersedianya sumberdaya alam khusunya tanaman yang  berkhasiat obat, masyrakat hendaknya menaruh perhatian dengan  memanfaatkannnya secara maksimal melalui pembudidayaan baik dalam  kapasitas besar maupun  kecil.
4.  Seharusnya  untuk pemerintah dan masyarakat yang  peduli khususnya, mau untuk memaksimalkan  potensi yang ada pada  tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)
5.  Pemerintah maupun masyarakat hendaknya tidak memandang sepele untuk jenis penyakit ini, sehingga alternatif –alternatif  pengobatannya pun lebih diperhatikan.



DAFTAR PUSTAKA

------------,---------. 2006. Bisul, (Online), (http://www.infosihat.gov, diakses 15 Mei 2007)
Kurniasih, Dedeh. 2006. Ih, kok, bisulan melulu, (Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita, diakses 15  Mei 2007)
------------,---------. 2006. Bisul, (Online), (http://www.mail-archive.com, diakses 15 Mei 2007)
------------,----------. Bisul, (Online), (http://www.ms.wikipedia.org/wiki, diakses  15 Mei 2007)
Kurniasih, Dedeh. 2006. Bisul Bukan Gara-Gara Makan Telur, (Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita, diakses 15  Mei 2007)
Wardah. 2006. Crinum asiaticum, (Online), (http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=9, diakses 21 Desember 2007)
-------------,----------. 2007. Bakung, (Online), (http://www.info-herbal.com, diakses 15 Desember 2007)
Perkasa, Bandang. 2006. Bunga Bakung  Spider Lily (Crinum asiaticum), (Online), (http://www.bandang perkasa .fotopages.com, diakses 15 Desember 2007)


No comments:

Post a Comment