KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT karena dengan rahmat, taufik, serta hidayahnya kami bisa
menyelesaikan karya tulis ini tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan karya tulis ini tentunya tidak akan bisa
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka ucapan terimakasih kami
sampaikan sebesar-besarnya kepada pihak , yang namanya tidak bisa kami
sebutkan satu persatu yang ikut membantu dalam menyiapkan, memberikan
masukan, dan menyusun karya tulis ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan karya
tulis dengan judul Pemanfaatan Umbi Tanaman Bakung (Crinum asiaticum)
Sebagai Alternatif Obat Luar Penyakit Bisul, namun bukan mustahil dalam karya
tulis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnakan karya tulis ini di masa yang akan datang.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi yang membaca dan
untuk penulis pada khususnya.
Seririt, 10 Februari 2014
Penulis,
BAB I
PEDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Penyakit bisul (furunkel) sudah tidak asing lagi kita dengar.
Berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja , maupun dewasa bisa terjangkit
penyakit ini. Penyakit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus
ini seringkali dianggap sepele oleh penderitanya, padahal jika
sudah kronis bisul bisa muncul di daerah sekitar mata dan hidung yang bisa jadi
racunnya merebak sampai ke otak . Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
penyakit ini, salah satunya adalah kurang menjaga kebersihan.
Di kalangan masyarakat kita seringkali kita temui penyakit ini, terutama di
daerah pedesaan, pedalaman, atau daerah-daerah kumuh kota besar
yang mana masyarakatnya kurang memperhatikan pentingnya menjaga
kesehatan. Sebuah penelitian di Jakarta menyebutkan bahwa angka terjadinya
bisulan mencapai 26 % dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001
(Dedeh Kurniasih, 2007). Angka itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit
berat dan sebagian dapat sembuh sendiri.
Sebagai penyakit, bisul haruslah segera disembuhkan. Penyakit ini termasuk
jenis penyakit yang menular, sehingga jika dibiarkan begitu saja bisa merebak
ke bagian tubuh sehat yang lain atau bahkan menyerang orang-orang sehat di
sekitar kita. Selain itu efek sam ping yang ditimbulkannya cukup mengganggu
aktivitas kita. Rasa gatal, nyeri akibat radang atau infeksinya, muncul
benjolan-benjolan yang seringkali membuat tidak percaya diri, bahkan demam tak
urung menyerang pula.
Penanganan penyakit ini memang tidak rumit, jika pertahanan tubuh
kita cukup baik atau infeksinya segera diobati, misalnya dengan pemberian
antibiotik maka penyakit inipun akan segera sembuh . Berbagai macam obat bisa
kita jumpai secara bebas beredar di masyarakat dalam berbagai jenis merk dan
bentuk, yang sering kita jumpai adalah bentuk salep dan
tablet. Penisin merupakan salah satu obat pilihan, namun bakteri
Staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap
penisilin, karena kuman tersebut akan mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya
tidak akan berfungsi lagi. Pemakaian obat dalam bentuk salep atau krim yang
dioleskan di kulit lebih efektif daripada pengobatan jenis lain . obat-obatan
semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap
cukup efektif untuk kulit.
Semua jenis obat yang telah disebutkan di atas dalam pengerjaannnya
tentunya tidak lepas dari penambahan bahan-bahan kimia. Di masyarakat
sekarang istilah back to nature sering kita dengar.
Masyarakat berbondong-bondong mencari segala jenis pengobatan yang lebih alami.
Begitu juga dengan penyakit bisul ini, pengobatan secara alami dapat kita
peroleh dari tanaman yang ada di sekitar kita, antara lain umbi
bakung (Crinum asiaticum Linn). Di Indonesia tanaman ini biasanya
ditanam di perkarangan sebagai tanaman hias. Bakung juga tumbuh sebagai
tumbuhan liar . Dari hasil penelitian , bakung tersebut mengandug
zat kimia alkaloida yang berfungsi salah satunya sebagai obat barok
dan bisul. Bakung dipilih sebagai alternatif pengobatan bisul karena pembudidayaannya
mudah dilakukan serta murah harganya.
Dalam obat ini umbi bakung akan diolah kedalam bentuk salep
maupun powder yang bisa lebih efektif dan tidak memberikan efek samping.
Dengan pemanfaatan umbi bakung sebagai alternatif pengobatan bisul
ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh pengobatan yang lebih
alami dan terjangkau , selain itu pembudidayaan tanaman bakung juga
lebih diperhatikan sehingga obat inipun nantinya akan bisa diproduksi dan
mempunyai nilai ekonomi yang lumayan.
I.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana upaya pengobatan yang telah dilakukan oleh
masyarakat di Indonesia?
2.
Mengapa ekstrak umbi bakung (Crinum asiaticum Linn)
berpotensi sebagai alternatif pengobatan bisul?
3.
Apa keunggulan obat bisul dari ekstrak umbi bakung (Crinum
asiaticum Linn) dibandingkan obat yang lain?
4.
Bagaimana aplikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak
umbi bakung (Crinum asiaicum Linn) secara sederhana di masyarakat?
5.
Apa implikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak
umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) terhadap peningkatan
kasehatan masyarakat?
I.3. Tujuan
1.
Menjelaskan upaya pengobatan yang telah
dilakukan oleh masyrakat di Indonesia.
2.
Menjelaskan potensi umbi bakung (Crinum asiaticum Linn)
sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan bisul.
3.
Menjelaskan keunggulan obat bisul dari ekstrak umbi
bakung (Crinum asiaticum Linn) dibandingkan obat yang lain.
4.
Menjelaskan aplikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak
umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) secara sederhana di masyarakat.
5.
Menjelaskan implikasi penggunaan obat bisul dari ekstrak
umbi bakung (Crinum asiaticum Linn) terhadap masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bisul
2.1.1 Definisi Bisul (furunkel)
Beberapa sumber mengenai definisi bisul antara lain:
Ø Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit
yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya .
Ø Penyakit bisul merupakan kumpulan nanah
terkumpul di dalam rongga yang terbentuk akibat proses jangkitan (biasanya
disebabkan oleh bakteria atau parasit) atau sebarang bahan asing ( contohnya
luka tikaman/tembakan). Ia merupakan sistem ketahanan diri tubuh untuk
menghalang penyebaran bahan berjangkit kepada bagian badan yang lain.
Ø Bisul ialah bengkak bewarna merah dan
teras sakit di bagian bawah lapisan kulit. Ia dipenuhi nanah dan kelihatan
seperti jerawat batu.
Bisul akan merebak ke mana-mana apabila bagian badan yang sehat tersentuh
bisul yang pecah. Bisul yang yang terjadi di sekeliling mata dan hidung adalah
sangat serius karena racunnya bisa merebak ke otak. Bisul bisa terjadi di
seluruh bagian tubuh, tapi pada umumnya terjadi di bagian yang berbulu dan yang
mudah lecet seperti ketiak, kelopak mata, buah dada, punggung, muka, kelangkang
dan di belakang tengkuk. Apabila bisul menjadi besar, ia dikenali sebagai
karbunkel (bisul besar atau kelompok bisul kecil yang bergabung yang biasanya
mudah menyerang penderita diabetes)
2.1.2 Penyebab Bisul (furunkel)
Pada intinya penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri atau kuman yang
kita kenal sebagai Staphylococcus aureus. Menurut Kurniasih (2006)
secara garis besar ada 3 pemicu munculnya bisul, yaitu:
a.
Faktor kebersihan
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih
berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang tinggal
di daerah kumuh (pemukiman padat), di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya
terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di
tempat yang bersih tetapi kalau jarang mandi atau membersihkan diri, dengan
sendirinya kuman pun akan bersarang.
b.
Daerah tropis
Secara goegrafis Indonesia termasuk daerah tropis dimana udaranya panas
sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringatpun bisa menjadi salah
satu pemicu munculnya bisul terutama yang terjadi pada kelenjar keringat.
c.
Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranaya
kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit keganasan
misalnya kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan sebagainya. Biasanya
faktor pemicu itu tidak muncul sendirian, melainkan ada beberapa sekaligus.
Anggapan masyarakat yang menatakan bahwa bisul salah satunya karena
alergi telur adalah tidak benar, hanya saja setelah sembuh dari bisulan memang
ada pantangan makanan salah satunya adalah telur. Selain itu kontak
langsung dengan penderita bisul dengan kulit apalagi ada goresan meskipun
kecil (mikro trauma) dapat menyebabkan kuman berpindah tempat, sehingga
orang sehat dapat tertular bisul. Selain kontak langsung, bisul juga bisa
menular melalui kontak tidak langsung seperti pemakaian handuk bersama, seprei,
baju, dan sebagainya.
2.1.3 Jenis-jenis Bisul (furunkel)
Menurut Astuti (2006), dari jenis-jenisnya secara medis bisul
dibedakan sebagai berikut:
Ø Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut
saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih dalam
lagi disebut profunda.
Ø Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya.
Biasanya jumlahnya hanya satu..
Ø Furunkel losis
Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkelnya lebih dari satu.
Ø Karbunkel
Bila disaat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis
diistilahkan sebagai karbunkel
Ø Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak,
bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul jenis ini
paling banyak menyerang anak-anak.
Ø Hidra adinitis
Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul
tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini
diistilahkan sebagai hidra adinitis.
Ø Skrofulo derma
Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah
bening kareana penyakit TBC
2.1.3 Gejala-gejala Bisul (furunkel)
Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menggapnya sama
saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena gejala yang dimunculkan
memang mirip, antara lain:
a). Gatal-gatal
Bila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul
biasanya berupa gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.
b). Nyeri
Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya
juga disertai nyeri.
c). Berbentuk kerucut dan “bermata”
Bisul jenis jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan
bermata yang mudah pecah dan mengeluarakan cairan dari dalamnya.
d). Berbentuk kubah
Sedangkan bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk bulat
seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul jenis ini
biasanya tidak mudah pecah.
e). Demam
Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam
2.1.4 Pencegahan dan Pengobatan Bisul (furunkel)
Penyakit bisul sebenarnya dapat di cegah dengan penanganan yang cukup
mudah, antara lain:
Ø Mengamalkan kebersihan diri terutama di
kawasan yang mudah terjadinya bisul. Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari
untuk memastikan badan senantiasa berrsih. Menggunakan sabun antibakteria
mungkin dapat menolong individu yang mudah berpeluh dengan banyak atau bekerja
di kawsan ynag kurang bersih.
Ø Elak diri dari memakai pakaian yang
ketat
Ø Jangan menggaru kulit karena kulit yang
pecah akan menyebabkan jangkitan
Ø Gunakan lotion antiseptik
Penanganan bisul:
Ø Cuci bagian tubuh yang terkena bisul
yang pecah
Ø Jangan memicit atau menggaru bisul
Ø Apabila bisul terjadi, tuamkan dalam
air hangat selama 10 menit sebanyak 3 kali setiap hari untuk membantu
memasakkan bisul
Ø Minum obat penahan sakit jika tidak
tahan menahan rasa sakit (aspirin, asetaminofen, atu ibuproven)
Ø Apabila bisul telah pecah, cuci bagian
itu secara menyeluruh dengan sabun anti bakteria
Ø Cuci tangan dengan teliti sebelum
menyediakan makanan
Ø Mandi dengan air pancuran atau showaer
Dimasyarakat sering pula kita jumpai pengobatan bisul secara tradisional
yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami semisal pati jagung yang bisa
mempercepat keringnya bisul, umbi bakung, cocor bebek, dan lain-lain.
Penggunaan obat jenis salep sangat dianjurkan karena obat jenis ini lebih
mudah meresap ke dalam kulit.
2.2 Tumbuhan Bakung (Crinum asiaticum Linn)
2.2.1 Deskripsi
Spesies
:Crinum asiaticum Linn
Nama Inggris : Crinum lily, Poison
bulb
Nama Indonesia : Bakung
Nama lokal
: Bakung (general), kajang-kajang (Palembang), bakung, bakong (Batak), semur
(Bangka), bakung (Minangkabau), bakung (Melayu), bakung (Sunda), bakung (Jawa
tengah), bakong (Madura), bakung bug ( Makassar), dausa (Ambon), pete (Halmahera),
Fete-fete( Ternate)
Deskripsi
: herba tahunan , tinggi kurang lebih 1,3 meter. Batang semu,
diameter kurang lebih 10 cm, tegak, lunak, putih kehijauan. Daun tunggal,
lanset, panjang 32-120 cm, lebar 3-10 cm, tebal, bertepi rata, ujung meruncing,
pangkal tumpul, bila dipotong melintang tampak lubang-lubang hijau. Bunga
majemuk, bentuk payung, tangkai pipih, tebal, panjang 35-120 cm, pangkal
mahkota berlekatan, bentuk corong, putik panjang kurang lebih 16 cm, ungu,
benangsari melengkung keluar, tangkai sari panjang 5-10 cm, kepala sari warna
jingga, bakal buah berbentuk elips, panjang kurang lebih 1,5 cm, putih
keunguan. Buah kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji. Biji keras,
bentuk ginjal, panjang kurang lebih 5 cm hitam. Akar serabut, silindris, putih.
Distribusi/penyebaran: Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku.
Habitat
: Pantai berpasir dan asosiasi mangrove.
Perbanyakan : Dapat diperbanyak dengan
biji
2.2.3 Pemanfaatan Tanaman Bakung (Crinum asiaticum
Linn)
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tradisional depresan
sistem sya raf pusat . Memang selama ini masyarakat
lebih mengenal tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)
sebagai tanaman hias biasa atau tumbuhan liar yang mampu hidup di
berbagai tempat, namun ternyata dengan berbagai kandungan kimia yang dimiliki
bakung (Crinum asiaticum Linn), ia mampu digunakan sebagai obat rematk,
radang kulit, borok dan bisul . Zat al kaloida (Likorin) yang terkandung
dalam umbi tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn) bermanfaat
sebagai obat luar yang mampu menyembuhkan penyakit bisul.
Pemanfaatan umbi bakung sebagai obat alternatif mempunyai beberapa
keuntungan anatara lain:
1). Mempunyai sedikit efek samping karena berasal dari bahan alami
2). Lebih murah karena bakung mudah ditemui dan cepat dibudidayakan
3). Efisien, karena dalam pemanfaatannya akan
diolah mejadi bentuk salep atau powder
4). Efektif, karena dalam umbi tanaman bakung memiliki
kandungan alkaloid yang mampu menyembuhkan bisul
Pemaanfaatan umbi tanaman bakung sebagai alternatif obat luar bisul
bisa diaplikasikan dengan dua cara, secara tradisional dan cara pengolahan
lebih lanjut. Pengolahan secar tradisional memang lebih sederhana
daripada dengan cara pengolahan lebih lanjut, yaitu cukup hanya dengan diparut
dan ditapalkan pada bagian yang luka, namun cara ini kurang efektifdan efisien
karena dengan cara ini akan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak, serta
untuk kesembuhannya memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan pengolahan
lebih lanjut, pemanfaatan umbi tanaman bakung ini dapat dibuat dalam bentuk
powder dan salep. Apabila pengobatan penyakit bisul dengan menngunakan
powder, lebih cepat penyembuhannya daripada cara tradisional. Namun
masih kurang efisien karena masih banyak powder yang terbuang pada saat
digunakan meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban.
Apabila menggunakan salep akan lebih praktis dan efisien karena
kandungan yang dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di dalam salep. hal
ini karena obat bentuk salep akan lebih meresap ke dalam kulit.
Namun perlu diketahui bahwa penggunaan umbi tanaman bakung sebagai
alternatif obat bisul memiliki beberapa kekurangan antara lain:
1). Daya penyembuhannya sedikit lebih lama dibandingkan dengan obat produk
pabrik
2). Tidak aman dikonsumsi sebagi obat dalam karena dapat berpotensi
menimbulkan racun
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ini disusun berdasarkan studi literatur. Langkah-langkah
penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
Langkah I : Melakukan
identifikasi terhadap masalah yang mau dikaji secara lebih lanjut
Langkah II : Mengumpulkan sumber yang relevan
dari berbagai daftar pustaka seperti artikel, buku, majalah dan artikel dari
internet, melakukan wawancara kepada narasumber yang mengerti dan memahami
tentang topik bahasan. Untuk selanjutnya menganalisis dan menelaah
informasi-informasi yang diperoleh dikaitkan dengan masalah yang ada untuk
dijadikan dasar dalam penyusunan kerangka penulisan
Langkah III : Mengembangkan kerangka menjadi sebuah
karya tulis yang utuh yang terdiri dari 5 bab yaitu pendahuluan, kajian
pustaka, metode penulisan, pembahasan dan penutup. Untuk selanjutnya menyusun
karya tulis berdasarkan pedoman penulisan LKTM.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Upaya Pengobatan yang Telah
Dilakukan oleh Masyrakat di Indonesia.
Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang obat-obatan
utamanya untuk penyakit kulit, di semua negara lebih cenderung menggunakan
obat-obatan yang sangat praktis. Obat-obatan yang dimaksud (misalnya salep)
digunakan campuran beberapa bahan kimia, contoh : penggunaan vaseline dan
parafine sebagai bahan pengental yang semuanya itu adalah hasil produksi
pabrikan. Belum lagi kandungan-kandungan yang ada di dalam bahan pengental
contohnya belerang dihaluskan yang dicampur dalam bentuk salep untuk obat
gatal-gatal di kulit. Dengan adanya peredaran obat kulit semacam di atas
, penyediaan di masyarakat cukup banyak dan mudah dijangkau karena
harganya relatif murah.
Pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam
masyarakat adalah bagaimana cara mengobati penyakit kulit dengan mudah serta
dengan harga yang murah sehingga dapat dijangkau.. Namun disatu
sisi akibat yang muncul dengan penggunaan obat-obatan produksi pabrikan yang cenderung
menggunakan bahan-bahan kimia tidak dipikirkan oleh kebanyakan
masyarakat. Hal tersebut tentunya dibutuhkan perhatian dan kepedulian
setiap pihak untuk membuat obat penyakit kulit pengganti yang tidak
berbahan kimia, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi pemakai.
Upaya ter sebut dapat direlisasikan dengan memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat di sekeliling kita yang
mudah pembudidayaannya.
Manakala ada pihak yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang lebih terhadap penyakit kulit, misalnya bisul, seharusnya
mereka lebih mampu untuk menyedikan obat dengan cara memanfaatkan bahan baku
dari alam. Hal tersebut akan sangat mungkin untuk membantu pembangunan
kesehatan di masyarakat. Dan manakala diupayakan lebih ,
kemungkinan obat-obatan alami tersebut dapat dijadikan komoditi ekspor ,
sehingga disamping masyrakat sehat, juga akan terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas ekonomi masyarakat serta kemungkinan menambah devisa negara
dari bahan-bahan baku yang semula tidak diperhatikan. Secar a kenyataan bahwa
tanaman bakung itu lebih banyak terdapat di negara-negara tropis dan
terbanyak di Indonesia.
4.2 Potensi
Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn) sehingga Bisa Dimanfaatkan sebagai
Alternatif Pengobatan Bisul
Sebagai salah satu alternatif obat luar penyakit bisul, umbi bakung
mempunyai potensi yang bisa dimanfaatkan dengan berbagai
macam kelebihan. Di dalam umbi bakung terdapat zat kimia alkaloida
(likorin) yang berbentuk getah dan sangat dominan. Karena berbentuk getah maka tidak
akan mudah terpengaruh oleh keadaan luar, misalnya: udara, sinar
matahari, kelembapan iklim, dan jamur yang sangat mungkin akan besar
pengaruhnya. Kandungan zat alkaloida di dalam umbi bakung yang terdapat
dalam bentuk getah memiliki daya tahan lebih besar dibandingkan
dengan bagian tumbuhan lain (daun, umbi, atau akar)
yang tidak bergetah.
Pembudidayaan bakung dapat dilakukan dengan sangat mudah
dan tidak diperlukan persyaratan khusus. Tumbuhan bakung dapat
dibudidayakan di pekarangan, halaman rumah, tegalan-tegalan, atau pada
batas-batas pekarangan yang tidak akan mengganggu tanaman lain. Pertumbuhan
tanaman bakung sangat pesat apabila dirawat secara intensif. Untuk kebutuhan
penggunaan umbi bakung dibutuhkan umbi yang berumur 7-9 bulan. Budidaya
tanaman bakung mudah dilaksanakan oleh masyarakat dan bisa diupayakan dalam
jumlah yang cukup memadai. Selain itu umbi dan daun bakung
yang mengandung getah dapat disimpan secar benar dengan waktu
relatif lama. Adapun cara penyimpanannya adalah: umbi dan
daun bakung harus dikeluarkan kadar airnya seoptimal mungkin sehingga
yang tertinggal adalah umbi kering yang di dalamnnya mengandung alkaloida.
Tentunya hal tersebut akan sangat menguntungkan bila digunakan sebagai
strategi untuk penyediaan kebutuhan umbi dan daun sebagai bahan baku obat kulit
penyakit bisul.
4.3 Keunggulan Obat Bisul dari Ekstrak Umbi
Bakung (Crinum asiaticim Linn) Dibandingkan Obat yang Lain.
Berdasarkan pengalaman nenek moyang yang belum mengenal
teknologi, cara penggunaan umbi bakung untuk pengobatan bisul dilakukan dengan
cara penapalan. Meskipun bisa sembuh, cara itu masih sangat tradisional
dan tidak praktis. Cara tradisional akan menghabiskan bahan baku yang cukup
banyak (tidak efisien) dan tidak efektif karena terlalu rumit dan untuk
kesembuhan memakan waktu yang cukup lama. Mengobati penyakit bisul dengan
menggunakan powder lebih cepat penyembuhannya daripada tapelan, namun masih
kurang efisien karena masih banyak powder yang terbuang pada
saat digunakan meskipun bisa dilakukan penutupan dengan kain perban.
Menggunakan salep akan lebih praktis dan efisien karena kandungan yang
dibutuhkan untuk menyembuhkan bisul terikat di dalamnya. Selain itu
karena salep bisa cepat meresap di kulit. Hal tersebut akan lebih
efektif didalam pemakaiannya, pada saat jaga maupun tidur bisa dilakukan
pengobatan serta salep mudah dibawa kemana-mana. Tingkat penyembuhan obat
pabrikan yang menggunkan bahan kimia cenderung lebih cepat dibandingkan dengan
obat bisul dari umbi bakung, namun dampak negatif dari penggunaan obat pabrikan
tersebut tidak dapat dihindarkan, antara lain pengaruh pada kulit,
jaringan-jaringan kulit di tubuh misal kulit hangus atau timbulnya flek hitam
. dengan menggunakan salep bakung dampak negatif tersebut tidak ada.
4.4 Aplikasi Penggunaan Obat Bisul dari
Umbi Bakung (Crinum asiaticum Linn) Secara Sederhana di Masyarakat.
Ø Secara sederhana dapat digunakan cara
tradisional yaitu dengan cara umbi bakung dibersihkan dan diparut.
Selanjutnya parutan ditapalkan pada bisul. Cara ini kurang efektif, efisien,
dan higienis.
Ø Dengan cara pengeringan (dibuat powder)
Alat :
1) Pisau
stainlesteel
2) Oven
3) Kompor
spiritus
4) alat
alumunium untuk menjemur
5) pengayak
6) Penumbuk/mesin
penumbuk
7) wadah
kemasan (alumunium foil, gelas)
Bahan : umbi bakung basah (kurang
lebih 1 kg)
Dengan ketentuan:
1) Umbi
bakung yang sudah cukup tua (berumur 7-9 bulan)
2) Keadaan
umbi bakung cukup bagus, diumbi tidak ada bekas penyakit tanaman
3) Umbi
segar, umbi direncanakan untuk diambil (bukan umbi buangan)
4) Umbi
berasal dari tanaman bakung yang tidak diberi pupuk kimia maupun obat-obatan
kimia.
Proses:
1) Umbi
bakung dibersihkan, dirajang, dikeringkan (selama 4-5 hari) kemudian di oven di
kompor spiritus dengan suhu kurang lebih 70 ° C.
Pengeringan umbi bisa dilaksanakan dengan pemanasan
matahari secara tidak langsung selama 4-5 hari dalam keadaan panas penuh dan
selanjutnya dapat dikeringkan dengan pengering buatan manual /elektrik
(oven) dengan panas 60°-70°C, waktu pemanasan sekitar 20-30 menit. Untuk mencegah kehilangan
kandungan-kandungan zat kimia yang mungkin hilang pada saat pemanasan
dengan sinar matahari, seyogyanya menggunakan alat dari
alumunium (stainlees) dan ditutup dengan kain hitam. Sekaligus untuk menjaga
bahan yang dikerigkan dari pengaruh luar , misal udara. Selanjutnya pemanasan
dengan oven bertujuan untuk meminimalisir kadar air, karena pemanasan dengan
matahari kandungan air dalam umbi masih tersisa sekitar 20-25 %. Oleh
karena itu untuk menghilangkan kandungan air seoptimal mungkin hingga
menjadi kurang lebih 2 % dibutuhkan pemansan kedua dengan menggunakan oven.
Bila proses pengeringan dilaksanakan semacam demikian, kandungan alkaloida itu
masih sangat cukup banyak sehingga dengan cara-cara yang baik penyediaan
bahan bakung dapat diupayakan dan dipertahankan sebagai sebuah strategi untuk
penyediaan kebutuhan umbi sebagai bahan baku obat luar untuk penyakit bisul.
2) Didinginkan
dalam ruangan tertutup suhu kamar (kurang lebih 32° C), setelah 1-2 jam ditumbuk dengan
penumbuk martil (dengan mesin tepung stainlees).
3) Diayak
dengan menggunakan saringan stainlees
4) Dikemas
(ditaruh dalam plastik atau alumunium foil atau gelas)
5) Dipanaskan
lagi dengan suhu 70°C (untuk sterilisasi)
Ø Dalam bentuk salep
Alat
:
1) Kompor
spiritus
2) Panci
stainlees
3) Alat
pengaduk
4) Kain
tapis
5) Saringan
stainlees
6) Termometer
Bahan :
1) Umbi
bakung dalam bentuk powder
2) Minyak
kelapa murni semisal VCO
3) Malam
tawon
Proses :
1) Powder
sebanyak kurang lebih 40-50 kg dicampur dengan minyak kelapa murni
sebanyak 1,5 L
2) Dipanaskan
dengan suhu kurang lebih 70°C selama kurang lebih 30-45 menit. Warna minyak menjadi
hijau kecoklatan.
3) Dalam
keadaan panas disaring dengan kain tapis, bila perku dilakukan 2 kali
penyaringan supaya mendapatkan hasil hasil yang lebih jernih.
4) Ke dalam
campuran pada nomor 3 ditambahkna malam tawon sebanyak 250 g, lalu dipanaskan
lagi dengan suhu 70°C.
5) Dalam
keadaan panas disaring kembali dengan kain tapis.
6) Dalam
keadaan setengah panas dikemas, ditunggu sampai dingin.
4.5 Implikasi Penggunaan Obat Bisul dari
Umbi Bakung (Crinium asiaticum Linn) terhadap Masyarakat
Selama ini tanaman bakung belum banyak mendapatkan
perhatian serius dari berbagai pihak, utamanya petani atau masyarakat tani.
Apabila tanaman ini dimanfaatkan secara optimal salah satunya dengan
menggunakannya sebagai alternatif obat luar penyakit bisul, maka implikasi dari
penggunaannya antara lain:
1) Karena
pembudidayaan sangat mudah dalam arti, bibit dan lahan banyak tersedia ditambah
dengan kemudahan pertumbuhan bakung setidaknya masyarakat petani akan
mudah melaksanakan budidaya dengan sendirnya sehingga penyediaan bahan
bakung bisa tercukupi (aspek ekonomi).
2) Dengan
memperbanyak aspek-aspek informasi dan komunikasi dari berbagai sumber (mass
media, elektronik, cetak) secar a perlahan namun pasti sumber daya manusia
di kalangan masyarakat petani akan mudah meningkat. Apabila masyarakat
petani mau dan mampu mewujudkan kesehatan diri, keluarga dan
lingkungan, tidak menutup kemungkinan masyarakat akan lebih
terlindungi dari penyakit-penyakit kulit (misalnya bisul).
3) Dari
segi biaya kesehatan, apabila masyarakat petani mau dan mampu untuk peduli dan
menyerap informasi tentang kegunaan dan manfaat tanaman bakung setidaknya akan
mampu mengantisipasi kesehatannya yang menyangkut penyakit kulit. Dengan
demikian biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kesehatan itu akan
lebih kecil (efisiensi biaya).
4) Dari
sudut etika bila masyarakat semua lapisan mengetahui manfaat umbi bakung
sebagai obat penyakit kulit maka pemandangan yang kurang
menyenangkan mengenai bisul di masyarakat akan terminimalkan.
5) Sehubungan
dengan tersebut di atas permasalahannya adalah harus ada dorongan atau
motivasi untuk menyadarkan masyarakat agar mereka peduli terhadap
hal-hal kecil yang ada, dimana hal tersebut akan memberikan suatu
kebaikan dan keuntungan bagi masyarakat petani dan lingkungan itu sendiri
6) Dipandang
dari sudut estetika bahawa tanaman bakung bila ditanam dipekarangan
secara tertata akan menjadikan hiasan alami dan
indah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Selama ini masyarakat cenderung masih
menggunakan obat pabrikan untuk mengobati penyakit bisul tanpa
memperhatikan dampak negatif nya. Mereka hanya memikirkan
harga yang murah tanpa mengetahui apakah obat itu aman atau tidak.
2. Tanaman bakung (Crinum asiaticum
Linn), terutama umbinya mengandung zat kimia alkaloida (likorin) yang
berpotensi untuk membantu penyembuhan penyakit bisul. Selain itu
pembudidayaannya pun tidak sulit, sehingga mempermudah dalam
hal penyediaan bahan baku untuk pembuatan powder dan salep sebagai obat luar
penyakit bisul.
3. Alternatif obat luar penyakit bisul
dengan menggunakan salep dari umbi bakung lebih alami, aman, dan tidak
menimbulkan efek yang negatif bagi kulit (misalnya timbulnya flek hitam,
dan lain-lain). Selain itu untuk umbi bakung yang dibuat dalam bentuk salep,
akan cepat meresap ke dalam kulit sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
4. Aplikasi pemanfaatan umbi bakung
sebagai alternatif obat luar penyakit bisul dalam masyrakat dapat melaui 3
cara, yaitu: cara tradisional, dibuat bentuk powder, dan dibuat bentuk
salep.
5. Penggunaan umbi bakung sebagai
alternatif obat luar penyakit bisul memiliki implikasi terhadap
masyarakat antara lain: meningkatkan ekonomi masyrakat,
meningkatkan mutu SDM, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, meminimalkan biaya pemeliharaan kesehatan, meminimalisir pemandangan
yang kurang menyenangkan di masyrakat mengenai penyakit bisul, tanaman bakung
dapat memberikan nilai estetika tersendiri jika digunakan sebagai tanaman
hias.
5.2 Saran
1. Seharusnya masyarakat harus lebih
meningkatkan kesadaran terutama di bidang kesehatan.
2. Masyarakat harusnya lebih waspada lagi
dengan banyaknya obat-obatan yang beredar bebas di luar.
3. Dengan banyak tersedianya sumberdaya
alam khusunya tanaman yang berkhasiat obat, masyrakat hendaknya menaruh
perhatian dengan memanfaatkannnya secara maksimal melalui pembudidayaan
baik dalam kapasitas besar maupun kecil.
4. Seharusnya untuk pemerintah dan
masyarakat yang peduli khususnya, mau untuk memaksimalkan potensi
yang ada pada tanaman bakung (Crinum asiaticum Linn)
5. Pemerintah maupun masyarakat hendaknya
tidak memandang sepele untuk jenis penyakit ini, sehingga alternatif
–alternatif pengobatannya pun lebih diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Dedeh. 2006. Ih, kok, bisulan
melulu, (Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita,
diakses 15 Mei 2007)
Kurniasih, Dedeh. 2006. Bisul Bukan
Gara-Gara Makan Telur, (Online), (http://www.mail-archive.com/milis-nakita, diakses 15 Mei 2007)
Wardah. 2006. Crinum asiaticum, (Online),
(http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=9, diakses 21 Desember 2007)
-------------,----------. 2007. Bakung,
(Online), (http://www.info-herbal.com, diakses 15 Desember 2007)
Perkasa, Bandang. 2006. Bunga
Bakung Spider Lily (Crinum asiaticum), (Online), (http://www.bandang perkasa
.fotopages.com, diakses 15 Desember 2007)
No comments:
Post a Comment