BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang
membutuhkan tenaga dan semangat untuk melakukannya. Dengan berolaraga tubuh
menjadi sehat dan bugar sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Seseorang
yang rutin berolahraga akan terhindar dari berbagai penyakit dan badan menjadi
bugar.
Orang yang rutin berolahraga memiliki daya
tahan tubuh atau sistem imun yang baik, dibandingkan dengan orang yang jarang
berolahraga. Sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang dapat menyerang
tubuh kapanpun. Untuk itu kita harus menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar.
Dengan berolahraga dapat menghilangkan rasa
malas dan menjadikan tubuh menjadi bugar. Ketika tubuh bugar dalam melakukan
aktivitas sehari – hari, seperti : bekerja, belajar dan sekolah menjadi ringan
dan mudah.
Dalam dunia olahraga kita tentunya mengenal
yang namanya cedera. Cedera merupakan musuh yang menakutkan bagi para
olahragawan. Karena setiap olahragawan atau atlit dapat menderita cedera yang
diakibatkan oleh pergerakan yang salah pada saat bermain atau berolahraga.
Pada saat berolahraga atau bermain kita harus
hati – hati, agar tidak terjadi salah gerakan yang mengakibatkan cedera. Cedera
ada 2 jenis yaitu : cedera ringan dan cedera berat. Cedera ringan yaitu cedera
yang membutuhkan waktu penyembuhan sebentar, sedangkan cedera berat yaitu
cedera yang membutuhkan waktu penyembuhan cukup lama dibandingkan dengan cedera
ringan.
Cedera olahraga merupakan segala bentuk
kegiatan melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebagai akibat berolahraga.
Secara fisiologi cedera olahraga terjadi akibat ketidak seimbangan antara beban
kerja dengan kemampuan jaringan tubuh yang melakukan aktivitas olahraga. Pada
umumnya penyebab terjadinya cedera olahraga antara lain karena kurang
pemanasan, melakukan smash yang salah, memaksakan kondisi tubuh melampaui batas
ambang kemampuan tubuh sebelum berolahraga terutama pada jelang pertandingan
yang menuntut banyak gerakan eksplosif.
Menurut wibowo (1995) dalam jamal (2009:1)
“Cedera olahraga (sport injury) yaitu segala macam cedera yang timbul, baik
pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudah
pertandingan”. Yang biasa terkena adalah tulang, otot, tendo serta ligamentum.
Dengan demikian pengetahuan tentang cedera olahraga berguna untuk mempelajari
cara terjadinya cedera olahraga mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif)
serta tindakan preventif (pencegahan).
Biasanya cara yang efektif dalam mengatasi
cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenalai bagaimana
tubuh kita memberi respon terhadap cedera tersebut. Hal itu juga, dapat
memahami tubuh sehingga kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan unuk
mencegah terjadinya cedera, Untuk mendeteksi suatu cedera agar tidak menjadi
lebih parah, yang dilakukan adalah dengan diberi penanganan secara
profesionalannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa itu
cedera dan penyebabnya ?
2.
Apa
gejala cedera ?
3.
Apa saja
jenis cedera dan carapenanganannya cedera ?
C.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengertian
cedera, pencegahan cedera dan penyembuhancedera. Agar seseorang dapat
meminimalisir terjadinya cedera dan tahu menangani sedera.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Cedera Dan Penyebabnya
Olahraga
dekat kaitannya dengan cedera, terutama bagi para olahragawan atau atlit. Untuk
itu kita harus berhati – hati dalam berolahraga agar tidak mengalami cedera.
Sebelum berolahraga atau bermain usahakan melakukan pemanasan terlebih dahulu,
kemudian setelah selesai melakukan pendinginan. Untuk mengurangi resiko
terjadinya cedera.
Cedera olahraga adalah cedera pada sistem
integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Menurut
penyebabnya ada 2 macam yaitu:
1.
Overuse injury
Overuse injury disebabkan
oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat.
2.
Traumatic injury
Traumatic injury disebabkan
adanya benturan atau gerak melebihi kemampuan.
Cedera
olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan,
kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyokong dan
otot (Bahr et al. 2003).
1. Kesalahan Metode Latihan
Metode
latihan yang salah merupakan penyebab paling sering cedera pada otot dan sendi.
Beberapa hal yang sering terjadi adalah :
a.
Tidak
dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai sehingga latihan fisik
yang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi oleh tubuh.
b.
Penggunakan
intensitas , frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai dengan
keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara umum.
c.
Prinsip
latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang didasarkan
pada prinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang sangat
tinggi. Hal ini tidak tepat mengingat rasa nyeri merupakan sinyal adanya cedera
dalam tubuh baik berupa micro injury maupun macro injury. Pada
keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk memperbaiki jaringan yang rusak
tersebut (Stevenson et al. 2000).
2. Kelainan
Struktural
Kelainan struktural bisa meningkatkan kepekaan
seseorang terhadap cedera olah raga karena pada keadaan ini terjadi tekanan
yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Sebagai contoh, jika panjang
kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih
panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Faktor biomekanika yang
menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah pronasi (pemutaran kaki ke
dalam setelah menyentuh tanah).
Pronasi sampai derajat tertentu adalah normal
dan mencegah cedera dengan cara membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke
seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisa menyebabkan nyeri pada kaki, lutut
dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketika berjalan atau
berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata. Jika seseorang
memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi hal sebaliknya yaitu
pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat tinggi dan tidak
dapat menyerap goncangan dengan baik, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena tekanan) (Gleim et
al. 1997).
3. Kelemahan
Otot, Tendon dan Ligamen
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar
daripada kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan ligamen akan mengalami
robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang
menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah
tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya cedera.
Satu satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang
secara bertahap kekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994).
B.
Gejala
Cedera
Tanda
akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradanagan tubuh
berupa tumor (pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah),
dolor (nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul
jika serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami
robekan. Selain nyeri muncul tanda radang seperti bengkak, kemerahan, panas dan
penurunan fungsi. Pada proses lanjut tanda-tanda peradangan tersebut akan
berangsur angsur menghilang. Apabila tanda peradangan awal cukup hebat,
biasanya rasa nyeri masih dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera.
Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan jangakauan gerak
juga sering dijumpai (Stevenson et al. 2000).
C.
Jenis
Cedera Dan Cara Penanganannya
Menurut
Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera
memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit,
dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera
olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan,
ligamen, dan fasia.
a. Memar
(Contusio)
Memar
adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar
biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah
permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan
seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah
kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi pendarahan yang cukup,
timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Van Mechelen et
al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan
yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada
daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras
pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.
Penanganan
Cedera Memar :
1.
Kompres
dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2.
Istirahat
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan
lunak yang rusak.
3.
Hindari
benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
b. Cedera
pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut
Van Mechelen (2004) cedera pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain sedangkan
cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain.
1. Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang
paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena
stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang
dari sendi. Berdasarkan Van Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu
a) Sprain
Tingkat I
Pada
cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa
sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain
Tingkat II
Pada
cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh
serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan,
pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan
persendian tersebut.
c) Sprain
Tingkat III
Pada
cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakan–gerakan yang abnormal.
2. Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau
tendo karena penggunaan yangberlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr
(2003) membagi strain menjadi 3 tingkatan,yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain
tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi
robekanpada jaringan otot maupun tendon.
b) Strain Tingkat II
Pada strain
tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap inimenimbulkan
rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
c) Strain Tingkat III
Pada strain
tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya
hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang
olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku,
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penanganan
Strain dan Sprain
Bahr
(2003) menyatakan bebrapa hal dapat mengatasi strain dan sprain yaitu :
a) Sprain/strain
tingkat satu pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan
untuk memberi kesempatan regenerasi.
b) Sprain/strain
tingkat dua pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan
prinsip RICE (Rest, Ice, Compession and Elevation). Tindakan
istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk fiksasi dan imobilisasi (suatu
tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan
cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama 3-6
minggu. Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase
lanjut terapi dingin digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis
dimana tanda tanda peradangan sudah menurun dilakukan terapi manual berupa
massage. Pada fase akhir dapat dilakukan terapi latihan untuk memaksimalkan
proses penyembuhan.
c) Sprain/strain
tingkat tiga
Pada
keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera
diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen,
otot maupun tendo.
c. Dislokasi
Dislokasi
adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang
sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan
kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah
ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot
yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari
luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh (Stevenson et al. 2000).
Penanganan
Dislokasi, menurut Stevenson (2000) prinsip dasar penanganan dislokasi adalah
reposisi. Reposisi pada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum
terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pada keadaan
akut dimana respon peradanagan sudah terjadi, reposisi relatif sukar untuk
dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan untuk menunggu berkurangnya
respon peradangan.
Pada
keadaan kronis dimana respon peradanagn sudah berkurang, reposisi dapat
dilakukan dengan jalan melemaskan kembali persendian supaya dapat dilakukan
penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan
persendian dapat dilakukan dengan terapi panas maupun dengan manual therapy pada
bagian proksimal dan distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang
dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan
cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah
reposisi berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk
mengurangi resiko terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal,
dapat dilakukan exercise therapy secara terbatas untuk memperkuat
struktur persendian dan memperkecil resiko dislokasi ulang (Meeuwisse 1994).
d. Patah
Tulang (Fraktur)
Patah
tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik
pada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan continuitas
patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.
Patah
tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2.
Patah
tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah. Sedangkan,
berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003)
membagi patah tulang manjadi:
1.
Patah
tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan
tulang keluar.
2.
Patah
tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan Patah Tulang :
Hal yang
harus dilakukan pada keadaan patah tulang adalah olahragawan tidak boleh
melanjutkan pertandingan. Penderita harus segera direposisi oleh tenaga medis
secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, sebelum terjadi
respon peradangan jaringan lunak yang dapat mengganggu proses reposisi. Setelah
dilakukan reposisi bagian yang mengalami patah tulang kemudian difiksasi dengan
spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan
perdarahan.
e. Kram
Otot
Kram otot
adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot
dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah,
kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang
menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang (Parkkari et al. 2001).
Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram antara lain adalah :
1.
Kelelahan
otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa metabolik yang
menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi
kram.
2.
Kurang
memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh kurang memiliki
kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap latihan (Parkkari et al. 2001).
Penanganan Kram :
Penanganan
cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Atlet
diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk
menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal dan atau es.
2.
Menahan
otot waktu berkontraksi supaya myiosin filament dan actin myosin dapat
menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan
dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
f. Pendarahan
Perdarahan
terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau
terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat menimbulkan gangguan sirkulasi
sampai menimbulkan shocks (gangguan kesadaran) (Van Mechelen et al. 1992).
Penanganan Pendarahan :
a)
Pendarahan pada Hidung
Pada
perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan
nafas) dan breathing (pernapasan). Menurut Bahr (2003), beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah :
(1)Penderita
didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi
ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang lebih
5 menit dengan jari tangan sementara penderita dianjurkan bernafas melalui
mulut
(2)Hidung
dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil
dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin disekitar batang hidung,
sekitar mata hingga pipi.
(3)Bila
pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau
dibawa kerumah sakit. Pada keadaan ini kemungkinan besar perdarahan disertai
patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
(4)Bila
terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan
pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin
saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak diperkenankan untuk
meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan
darah, karena ini dapat menimbulkan emboli paru.
b)
Pendarahan pada mulut
Seperti
halnya pada perdarahan hidung, penanganan perdarahan pada mulut harus
memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan).
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
(1)Pendarahan
dari bibir atau gusi dihentikan dengan penekanan secara langsung dan kompres
dingin.
(2)Apabila
gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan atlet dikirim untuk
penanganan lanjut di dokter gigi.
g. Kehilangan
Kesadaran (Pingsan)
Pingsan
adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat,
disebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan
akibat dari
(1)(1)Aktivitas
fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
(2)Pengalirandarah
atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
(3)Karena
jatuh dan benturan Terdapat beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a)
Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan
jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari,
atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b)
Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan
jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan
Kehilangan Kesadaran (Pingsan) :
(1)Mengeluarkan
atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisiterlentang dan
kepala tanpa bantal.
(2)Melakukan
pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika
ditemukanantara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan
semata-mata gegar ringantetapi dalam keadaan gawat.
h. Luka
Luka
didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan
dibawahnyayang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi.
Seluruh tubuhmempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap
perenang akan melakukankontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena
peralatan yang dipakai. (Stevensonet al. 2000)
Penanganan Luka :
a)
Luka
dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan hidrogen peroksida (H202)
3%yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine, PK
(kalium permangat)ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan
obat-obatan yang mengandungantiseptik dan bersifat mengeringkan luka, misalnya:
obat merah, yodium tingtur, larutanbetadine pekat. Apabila luka robek lebih
dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b)
Apabila
lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan dan dibebat dengan bahan
yangtidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah robekluk langsung
dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat (Stevenson et al. 2000).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Olahraga
merupakan aktivitas fisik yang menyehatkan tubuh dan meningkatkan kekebalan
tubuh, sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Olahraga dekat kaitannya
dengan cedera, terutama bagi para olahragawan atau atlit. Untuk itu kita harus berhati
– hati dalam berolahraga agar tidak mengalami cedera. Sebelum berolahraga atau
bermain usahakan melakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian setelah selesai
melakukan pendinginan. Untuk mengurangi resiko terjadinya cedera.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24682-BAB%20I.pdf diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 19.00 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/CEDERA%20OLAHRAGA.pdf diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 18.40 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/12.%20Diagnosis%20dan%20Manajemen%20Cedera%20Olahraga.pdf diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 18.35 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23462/4/Chapter%20II.pdf diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 19.20 WIB
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya
lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah “Olah
Raga Karate” yang
penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Penjas orkes. Tak
lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad
SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam
makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari
kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Besar harapan penulis
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi
penilaian guru bidang studi Penjasorkes dan mudah-mudahan isi dari makalah
penulis ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah
ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Penjas Orkes.
Terima Kasih
Penulis,
No comments:
Post a Comment