Pengertian
Membaca
Membaca
adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca,
kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada
teori-teori membaca itu sendiri.
Henry Guntur Tarigan
menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:
1.
Pengenalan terhadap
aksara-aksara serta tanda-tanda baca.
2.
Korelasi aksara beserta
tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
3.
Hubungan lebih lanjut dari
A dan B dengan makna.
Setiap
guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah
suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita
sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Henry
Guntur Tarigan berpendapat bahwa “membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis”. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca
dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam
yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang
tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada
pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca
memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk
menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Dari
segi linguistik, membaca adalah
suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and
decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan
sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning)yang
mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang
berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding
process).
Membaca
adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka
para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap
lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara
haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.
Harimurti
Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang
berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”3
Soedarso berpendapat bahwa
“Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar
tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan
khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”.
DP.
Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang
dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”. Bahkan ada pula beberapa penulis
yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat
lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut
melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan
berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.
Demikianlah
makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang
berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata
tersebut.
Hakikat
Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7).
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas
visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam
Rahim 2007:2). Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya
(berbicara dan menulis) (Haryadi 2007:4).
Secara
linguistik, membaca merupakan proses pembacaan sandi (decoding process).
Artinya dalam kegiatan membaca ada upaya untuk menghubungkan kata-kata
tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning). Dengan kata lain Anderson dalam Tarigan (1979:7)
mengatakan bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan/ cetakan
menjadi bunyi-bunyi yang bermakna.
Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis
beranggapan bahwa ‘membaca’ adalah suatu kemampuan untuk melihat
lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik menjadi
membaca lisan (oral reading)(Tarigan 1979:8). Dalam kegiatan
membaca ternyata tidak cukup hanya dengan memahami apa yang tertuang dalam
tulisan saja, sehingga membaca dapat juga dianggap sebagai suatu proses
memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan). Artinya memahami
pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Hubungan antara makna
yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca sangat menentukan ketepatan
pembaca. Makna akan berubah berdasarkan pengalaman yang dipakai untuk
menginterpretasikan kata-kata atau kalimat yang dibaca (Anderson dalam Tarigan
1979:8).
Jadi, membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan
tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat
dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau
informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman
terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam
pandangan sekilas.
A.
Definisi Hakikat Membaca
Kelahiran
suatu teori membaca tidaklah muncul begitu saja. Kehadirannya merupakan hasil
kerja keras dari ahli atau sarjana yang mengkaji masalah membaca itu dalam
waktu relatif lama, dan dengan pendekatan yang berbeda-beda. Akibatnya, dalam
sejarah perkembangan studi membaca dan pengajaran membaca terdapat
bermacam-macam teori membaca yang bukan saja berbeda satu dengan yang lainnya,
melainkan juga ada yang berlawanan. Namun pada dasarnya membaca itu merupakan
suatu proses yang kompleks.
Ada tiga kelompok yang
mendefinisikan tentang hakikat membaca :
a.
Kelompok pertama dengan
tokohnya Frank Jennings (1965) membuat definisi membaca sebagai tafsiran
terhadap pengalaman secara umum, selain itu membaca biasanya akan dimulai
dengan pengenalan terhadap peristiwa yang berulang-ulang datang, seperti
matahari dan bulan yang terbit setiap hari.
b.
Kelompok kedua dengan
Rudolf Flesch (1995) sebagai tokohnya mendefinisikan membaca sebagai kegiatan
memperoleh makna dari berbagai gabungan huruf, seperti seorang anak yang
diajari mengenal makna yang dimiliki oleh setiap huruf akan sampai pada
kemampuan membaca.
c.
Kelompok ketiga dengan
Ernest Horn (1937) sebagai tokohnya mendefinisikan membaca sebagai kegiatan
yang meliputi berbagai proses penyempurnaan dan pelestarian makna melalui
penggunaan media alat tulis.
Berikut beberapa fungsi
teori membaca :
Ø
Pertama, suatu teori
membaca dalam kelebihan dan kekurangan banyak sekali membantu pihak yang
bermaksud mempelajari masalah membaca dan pengajaran membaca untuk memperoleh
gambaran tertentu apa yang disebut membaca.
Ø
Kedua, khusus bagi pembina
pengajaran membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukan dalam membina
dan melaksanakan tugas pembinaan kemampuan siswa dalam membaca.
Ø
Ketiga, mereka yang
bermaksud melaksanakan suatu penelitian tentang masalah membaca dan pengajaran
membaca, suatu teori membaca mutlak dibutuhkan.
B.
Pendekatan Dalam Membaca
Pendekatan
yang diterapkan dalam studi membaca untuk menghasilkan teori membaca berkisar
pada tiga macam pendekatan, yaitu :
- Pendekatan Konseptual
Meliputi bermacam-macam
metodologi pendekatan kesemuanya berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca
dan berkesudahan dengan suatu model tertentu tentang proses membaca.
- Pendekatan Empirikal
Mencakup bermacam-macam
pendekatan yang bertolak dari pengalaman serta penghayatan proses membaca, baik
dari penyusunan teori itu sendiri maupun dari orang-orang lain yang dijadikan
subjek penelitian.
- Pendekatan Eksperimental
Meliputi berbagai macam
pendekatan yang kesemuanya berangkat dari suatu eksperimen tertentu yang
ditujukan terhadap seperangkat perilaku membaca yang dapat diamati, dikaji, dan
kemudian dianalisis untuk disimpulkan menjadi suatu teori membaca tertentu.
Tokoh Perintis dalam
pendekatan konseptual ialah Kennet S. Goodman. Menurut pandangannya, proses
membaca pada hakikatnya adlah proses komunikasi, yaitu komunikasi antara
pembaca dengan turunan tertulis (bacaan) yang dibacana. Namun pendekatan
tersebut direvisi karena disadari banyak kelemahannya. Sebagai penggantinya
dipakailah teori Transformasi Generatif temuan Noam Chomsky sebagai acuan
kerjauntuk memberikan proses membaca dalambentuk suatu model yang dikenal
sebagai modal membaca Goodmen (The Godman Model Of Reading). Model ini
menekankan bahwa membaca pada hakikatnya adalah seperangkat proses recording,
decoding, dan encoding yang berakhir pada pemahaman atau komprehensif.
Teori membaca yang memanfaatkan
pendekatan empirikal banyak ragamnya.
a) Teori yang memandang
membaca sebagai proses berpikir
b) Teori yang memandang
membaca sebagai perangkat keterampilan
c) Teori yang menganggap
membaca sebagai kegiatan visual
d) Teori yang menganggap
membaca sebagai pengalaman bahasa
Pendekatan ketiga adalah
pendekatan eksperimental. Teori yang dimanfaatkan sebagai landasan
eksperimental adalah teori yang memandang membaca sebagai proses atau kegiatan
menangkap makna dari bacaan. Beberapa penemuan yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran membaca :
Ø Penemuan – penemuan
proses mempersepsi makna, yang meliputi :
- Persepsi atau pemahaman
akan makna materi bacaan,
- Menganalisis pola
bentukan bahasa bacaan
- Persepsi yang kuat atau
baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai hasil menghayati dan menganalisis
bahasa bacaan itu akan membuat pembaca memiliki ingatan yang baik pula terhadap
makna bacaan itu
Ø Penemuan-penemuan
mengenai pembentukan konsep, dalam membaca yaitu makna simbolik tentang hal-hal
yang direspon pembaca dari bacaan, meliputi :
- Persepsi yang baik
terhadap makna bahasa bacaan dan menghasilkan konsep yang baik pula tentang
makna bahasa bacaan itu,
- Konsep yang abstrak
sifatnya tentang makna material bahasa bacaan terbentuk berdasarkan konsep-konsep
yang konkrit dan tingkat intelegensi pembaca,
- Pengembangan konsep
tentang makna bahasa bacaan dapat dibina dengan menyiapkan program pengajaran
membaca yang baik.
Ø Penemuan-penemuan
mengenai penerapan penguasaan bahasa pembac dalam proses memahami makna pada
waktu pembaca, yang meliputi :
- Jumlah kosa kata yang
dikuasainya
- Luas dan dalamnya ragam
makna kata yang dikuasainya
- Mapannya penguasaan
terhadap kaidah-kaidah bahasa
- Baiknya penguasaan
tentang tata penulisan bahasa.
C.
Pokok Pikiran Tentang Membaca
Berikut adalah pokok-pokok
pikiran tentang membaca :
a. membaca adalah suatu
proses ya g sangat rumit dan unik sifatnya. Kerumitanya terutama terletak pada
banyaknya serta beraneka ragamnya faktor yang bekerja dalam proses membaca itu,
dan bertautnya faktor yang satu dengan yang lainnya. Keunikannya terletak pada
relatif berbedanya proses membaca itu berlangsung pada setiap pembaca
b. proses membaca
berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap tuturan tertulis (bacaan)
yang menstimulasinya. Respon membaca ini bukanlah respon pasif, melainkan
respon aktiv yang mengandung tingkat kesadaran tertentu.
c. Bacaan sebagai
stimulant, dalam wajah permukaanya berupa paparan bahasa tulis yang tersusun
dari materi bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat), tertata dalam tata
tuturan tertentu, dan tertulis menurut tata penulisan yang berlaku.
d. Respon aktiv pembaca
yang berupa proses membaca mencakup berbagai kegiatan mental yang secara
keseluruhan merupakan kegiatan mengolah bacaan itu. Dalam kegiatan ini pembaca
melakukan kegiatan berfikir dan bernalar, menerapkan berbagai kemampuan
intelektual dan strategi kognitifnya dalam rangka membentuk persepsi dan
konsep-konsep, merekonstruksi, makna bacaan, dan menentukan kualitas, nilai,
dan dampak makna bacaan itu. Dalam keseluruhan kegiatan ini, pembaca banyak
sekali memanfaatkan ciri-ciri dan kunci-kunci penunda makna paparan bahasa
bacaan untuk memprediksi, menginterpretasi, dan mengkonfirmasi makna yang
tepat. Selain itu, juga dengan banyak dimanfaatkan nya pengetahuan serta
pengalaman yang telah dimilikinya
e. Kelancaran dan
keberhasilan pembaca dalam membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
diri pembaca sendiri (faktor dalam ) maupun yang berasal dari luar dirinya
(faktor luar ). Intelegensi, sikap, penguasaan bahasa, perbedaan kelamin pada
usia muda, dan perbedaan logatnya dengan bahasa bacaan adalah beberapa faktor
luar yang ikut berperan meliputi kondisi bacaan, baik bahasanya, isinya dan
tingkat keterbacaannya, maupun kesesuaian bacaan itu dengan daya tangkap
pembaca. Selain itu, keadaan status sosial ekonomi dan pengajaran membaca
terutama peran guru yang membinanya adalah faktor luar yang tidak kecil
pengaruhnya. Apapun bentuk, jenis dan sifat faktor yang berpengaruh, kelancaran
dan keberhasilan dalam membaca dapat dibina secara formal melalui pengajaran
membaca yang dirancang, di programkan serta dilaksanakan dengan baik.
Jenis
Membaca
Menurut
Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu: membaca bahasa,
membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan
membaca bebas.
1. Membaca
bahasa
Membaca
bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca bahasa
mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca
bahasa adalah kesesuian pikir dengan bahasa, perbendaharaan bahasa yang
meliputi kosa kata, struktur kalimat, dan ejaan.
2. Membaca
cerdas atau membaca dalam hati
Membaca
cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai ungkapan pikiran,
perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca
cerdas bersifat lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk memahami dan memilki
isi bacaan, maka disebut membaca belajar.
3. Membaca
teknis
Membaca
teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara wajar. Wajar maksudnya
sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran, perasaan, dan kemauan yang
tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik.
4. Membaca
emosional
Membaca
emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yaitu
keindahan isi, dan keindahan bahasanya.
5. Membaca
bebas
Membaca
bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya unsur paksaan
dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak
lain.
Sesuai
dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka
membaca puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca puisi harus
memperhatikan ucapan, tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat
mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan baik.
Tujuan
Membaca
Tentu ada banyak sekali
manfaat yang dapat dipetik seseorang darikegiatan membaca, yang paling umum,
manfaat yang dapat dirasakanketika membaca buku adalah dapat belajar dari
pengalaman orang lain atau dapat menambah pengetahuan. Manfaat khusus dari
kegiatanmembaca adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindardari
kerusakan jaringan otak dimasa tua. Hal ini menurut riset mutakhirbahwa membaca
buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkansyaraf-syaraf baru di
otak.20Menurut Jordan E. Ayan bahwa manfaat membaca buku berdampakbagi
perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan. Diantaranya adalah :1) Membaca
menambah kosakata dan pengetahuan akan tatabahasa dansintaksis yang lebih
penting lagi, membaca pemperkenalkan padabanyak ragam lingkungan kreatif.
Sehingga mempertajam kepekaanlinguistik dan kemampuan menyatakan perasaan.2)
Membaca buku secara langsung dapat membantu mengalami perasaandan pemikiran
yang paling dalam. Banyak buku dan artikel yangmengajak untuk berintropeksi dan
melontarkan pertanyaan seriusmengenai perasan nilai dan hubungan dengan orang
lain. Denganbegitu, secara tak langsung turut memperkembangkan
kecerdasaninterpersonal, mendesak untuk merenungkan kehidupan
danmempertimbangkan kembali keputusan-keputusan akan cita-cita hidup3) Membaca
memicu imajinasi, buku yang baik mengajarkan untukmembayangkan dunia beserta
isinya, lengkap dengan segala kejadian,lokasi dan karakternya. Bayangan yang
terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan sering
waktu berlalu,membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaan yang
menjadidasar metafora yang ditulis, gambar yang dibuat, bahkan tulisan
yangditulis.
4) Membaca bahan bacaan
umumnya “Memaksa” nalar, pengurutanketeraturan dan pemikiran logis untuk dapat
mengikuti jalan ceritaatau memecahkan suatu misteri. Dengan demikian, akan
semakinmemperkukuh kecerdasan matematis, logis yang dimiliki. 21Membaca
hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yangmembaca denga suatu tujuan,
cenderung lebih memahami dibandingkandengan orang yang tidak mempunyai tujuan.
Dalam kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan
menyediakantujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusuntujuan
membaca siswa itu sendiri.Tujuan membaca mencakup :1) Kesenangan,2)
Menyempurnakan membaca nyaring,3) Menggunakan strategi tertentu,4)
Pemperbaharui pengetahuannya tetang suatu topik,5) Mengaitkan informasi baru
dengan informasi yang telah diketahui,6) Memperoleh informasi untuk laporan
lisan tertulis, 7) Mengkorfimasikan atau menolak prediksi,8) Menampilkan suatu
eksperimen atau mengaplikasikan informasi yangdiperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajaritentang struktur teks,9) Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (blanton, dkk. Danirwin dalam burns dkk.,
1996)
Tujuan utama dalam membaca adalah
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud
tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Henry Guntur Tarigan
mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1.
Membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2.
Membaca untuk memperoleh
ide-ide utama (reading for main ideas).
3.
Membaca untuk mengetahui
urutan atau susunan, organisasi cerita (reading
for sequence or organization).
4.
Membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for inference).
5.
Membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6.
Membaca menilai, membaca
evaluasi (reading to evaluate).
7.
Membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast)6.
Membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui
penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah
dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
Membaca untuk memperoleh
ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau
dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk
mencapai tujuannya.
Membaca untuk mengetahui
urutan atau susunan, organisasi cerita seperti menemukan atau mengetahui apa
yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama,
kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu
masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.
Membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah,
kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal.
Membaca untuk
mengelompokkan atau mengklasifikasikan misalnya untuk menemukan serta mengetahui
apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu
dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
Membaca menilai, membaca
mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup
dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang
tokoh bekerja dalam cerita itu.
Membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan dilakukan untuk menemukan bagaimana
caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita
kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca.
Nurhadi berpendapat bahwa
tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1.
Memahami secara detail dan
menyeluruh isi buku.
2.
Menangkap ide pokok atau
gagasan utama secara tepat.
3.
Mendapatkan informasi
tentang sesuatu.
4.
Mengenali makna kata-kata.
5.
Ingin mengetahui peristiwa
penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
6.
Ingin memperoleh kenikmatan
dari karya sastra.
7.
Ingin mengetahui peristiwa
penting yang terjadi di seluruh dunia.
8.
Ingin mencari merk barang
yang cocok untuk dibeli.
9.
Ingin menilai kebenaran
gagasan pengarang.
10.
Ingin memperoleh informasi
tentang lowongan pekerjaan.
4 Kelompok Tujuan Membaca
Posted by admin
Apr 3
Sebelum mulai membaca,
sangat penting untuk membuat tujuan. Tujuan membuat pikiran kita jelas apa yang
ingin kita capai dari proses membaca. Tanpa sebuauh tujuan, kita akan
kehilangan arah dan tidak menyelesaikan buku yang kita baca. Jika meninjau dan
mengumpulkan semua contoh tujuan membaca, kita bisa mengelompokkan menjadi 4
tujuan besar. Yang mana setiap kelompok tujuan ini membutuhkan analisa,
konsentrasi, kecepatan dan pemahaman yang berbeda satu sama lain. Setiap tujuan
yang berbeda juga membutuhkan strategi dan pendekatan yang berbeda.
Empat tujuan membaca ini
adalah:
1.
Membaca untuk kesenangan
2.
Hobi dan ketertarikan
pribadi
3.
Membaca untuk belajar
4.
Menguasai sebuah keahlian
Sekarang kita lihat satu
per satu.
Membaca untuk Kesenangan
Membaca untuk kesenangan
atau kenikmatan adalah ketika kita membaca dengan lambat, menikmati proses dan
ceritanya. Umumnya ini digunakan untuk membaca buku fiksi atau buku novel.
Tentu tidak menyenangkan jika sebelum mengetahui prosesnya, Anda sudah
mengetahui akhir dari sebuah cerita. Kita tentu ingin mengimajinasikan apa yang
kita baca, menikmati bayangan-bayangan yang dilukiskan penulis dalam
kata-katanya.
Kita tidak bisa menikmati
proses membaca jika kita memutar sebuah film dengan kecepatan tinggi. Kita akan
kehilangan unsur emosinya dalam membaca. Dalam sistem bacakilat, apakah kita
bisa menikmati proses membaca?
Jika kita membaca dengan
sistem bacakilat, pertama kita membuat tujuan, lalu bacakilat dan diikuti
dengan baca ekspres untuk menikmati proses membaca. Dengan mendahuluinya dengan
membacakilat, kita membuat pikiran bawah sadar familiar sehingga kita bisa menggunakan
imajinasi dengan lebih efektif.
Membaca ekspres artinya
kita mengatur kecepatan yang mana kita bisa mempercepat di area tertentu dan
memperlambat di area lain. Dengan megatur kecepatan seperti ini, membuat fokus
kita selalu pada proses membaca. Dan bisa menikmati proses membaca dengan baik.
Hal-hal yang ingin Anda nikmati lebih dekat dan detil, perlambatlah sambil
melibatkan imajinasi Anda. Sedangkan informasi yang tidak terlalu menarik
perhatian Anda, Anda percepat tanpa kehilangan inti dari informasi itu.
Proses
membaca
Membaca
bukanlah merupakan proses yang pasif melainkan aktif. Artinya seorang pembaca
harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya tidak
boleh hanya menerimanya saja. Oleh karena itu ada orang yang mengibaratkan
proses membaca itu bagaikan proses menangkap bola dalam sebuah permainan
sepak bola, dan bukannya proses menerima bingkisan lebaran
Sebagaimana kita maklumi seorang pemain sepak bola yang baik harus
memperhatikan gerakan-gerakan bola yang ditendang, baik oleh kawan maupun lawan
main. Terkadang dia harus lari, lompat untuk dapat menangkap bola. Bola yang
didapat kemudian digiring, bila perlu dioperkan kepada kawan dulu kemudian
dimasukkannya dalam gawang. Begitu pula halnya dengan kegiatan membaca.
Pembaca harus berusaha menangkap pesan yang terdapat dalam bacaannya secara
aktif, setelah itu memahami lebih lanjut isi yang terdapat di dalamnya, dan
kalau perlu mengomentarinya. Jadi tidak begitu saja menerima seluruh
pesan yang disampaikan seperti halnya saat menerima bingkisan lebaran
tadi.
Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses
mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat
yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting ialah menangkap pesan atau ide
pokok bacaan dengan baik.
a.
Membaca sebagai suatu proses psikologis
Yang
dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni bahwa kesiapan dan
kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan
faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar
belakang sosial ekonomi, sertaa oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti
intelegansi dan usia mental (mental age).
b.
Membaca sebagai proses sensoris
Membaca
itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni dimulai dari melihat (bagi
mereka yang matanya normal) atau meraba (bagi mereka yang tuna
netra). Stimulus masuk lewat indera penglihatan, mata. Pada tingkat awal
anak-anak menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca.
Pada saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda dan lambang tentu
menunjukkan nama atau benda. Kemudian mereka belajar bahwa jika lambang-lambang
tersebut itu dirangkai-rangkaian maka akan tersusunlah suatu pembicaraan.
Kapankah
anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk memulai membaca buku?
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak mempunyai kesiapan
penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak dianggap
telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam pemfokusan
pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada usia tersebut
karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda
dalam pertumbuhan dan perkembangannya dan kita harus memiliki
pengetahuan-pengtahuan yang layak tentang hal-hal yang pantas diperhatikan.
c.
Membaca sebagai proses perseptual
Proses
perseptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dengan proses sensoris.
Oleh karena itu kita harus waspada untuk tidak mempertukarkannya.
Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi dimulai dari
melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses
membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan
mendengar.
Vernon
(1962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri
atas empat bagian:
Ø
kesadaran akan rangsangan
visual;
Ø
kesadaran akan persamaan
pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;
Ø
klasifikasi
lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang umum;
Ø
identifikasi kata-kata
yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
Meskipun
Vernon bermaksud memperuntukan langkah-langkah tersebut untuk visual namun
dapat juga diterapkan pada persepsi auditoris. Untuk mengembangkan kemampuan
membacanya anak harus pula dapat memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya
dengan stimulus-stimulus yang ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang
dilaminya. Dengan kata lain pada setiap anak haruslah terjadi semacam mediasi
atau pengalihan pengalaman.
Persepsi
seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang banyak jumlahnya. Antara lain oleh kebudayaan, pengalaman, emosi,
kematangan bahkan kepribadian anak yang bersangkutan. Dengan demikian
seyogyanyalah anak-anak sudah terlebih dahulu memiliki banyak pengalaman
sebelum dirinya pertama kali mengenal huruf, kata dan kalimat dalam wacana.
Semakin luas dan bervariasi pengalaman seorang anak akan semakin luas dan
semakin terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan konsep-konsep dan
memperbaiki pesepsinya.
Jenis Membaca
Menurut Tarigan (1984:11)
jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut.
Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif dan 2). membaca intensif.
Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide. Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.
Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif dan 2). membaca intensif.
Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide. Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.
a. Membaca
Nyaring
Membaca
nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut
demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat
membaca.
b. Membaca
Ekstensif
Membaca
ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1)
bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan
singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari
bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
c. Membaca
Intensif
Membaca
intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan
salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara
kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta
pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah
isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca
ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca
sastra.
1)
Membaca Pemahaman
2)
Membaca pemahan merupakan
suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat
dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman
adalah:
(a) memiliki
kosa kata yang banyak;
(b) memiliki
kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
(c) memiliki
kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
(d) memiliki
kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
(e) memiliki
kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).
2) Membaca Kritis
Membaca kritis ialah kegiatan membaca
dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta
analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha
memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis.
Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.
Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.
(1) Kemampuan mengingat dan
mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok
paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita
dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok
paragraf;
(d) menyatakan kembali
fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali
fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.
(2) Kemampuan
menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok
paragraph
(b) menafsirkan gagasan
utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail
bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide
penunjang;
(e) memahami secara kritis
hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis
unsur-unsur pebandingan.
(3) Kemampuan
mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk
dalam bacaan;
(b) menerapkan
konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;
(c) menunjukkan kesesuaian
antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
(4) Kemampuan menganalisis
ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama
bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta
penunjang;
(c) mengklasifikasikan
fakta-fakta;
(d) membandingkan antar
gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh
yang ada dalam bacaan.
(5) Kemampuan membuat
sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan
bacaan;
(b) mengorganisasikan
gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka
bacaan;
(e) menghubungkan data
sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.
(6) Kemampuan menilai isi
bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran
gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;
(b) menilai dan menentukan
bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;
(c) menilai dan menentukan
bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;
(e) menentukan keselarasan
antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.
(f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.
Ditinjau dari segi
terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka
proses membaca dapat dibedakan menjadi :
A. Membaca
Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca
dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat
agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh
penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan,
diantaranya adalah :
1. menggunakan ucapan yang tepat,
2. menggunakan frase yang tepat,
3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. dalam posisi sikap yang baik,
5. menguasai tanda-tanda baca,
6. membaca dengan terang dan jelas,
7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. membaca dengan tidak terbata-bata,
9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang
dibacanya,
10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan
yang dibacanya,
11. membaca dengan tanpa terus-menerus
melihat bahan bacaan,
12. membaca dengan penuh kepercayaan pada
diri sendiri.
B. Membaca
Dalam Hati
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca
yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Ketrampilan
yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak,
tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan
membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain
sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8.
dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat
dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif dan (II) membaca intensif. Berikut
penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
I. Membaca Ekstensif
membaca ekstensif adalah membaca secara luas.
Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Membaca ekstensif meliputi :
1. Membaca Survai (Survey Reading)
1. Membaca Survai (Survey Reading)
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk
mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih
mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai
adalah sebagai berikut :
(a) memeriksa judul bacaan/buku, kata
pengantar, daftar isi dan malihat abstrak(jika ada),
(b) memeriksa bagian terahkir dari isi
(kesimpulan) jika ada,
(c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).
2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah
kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan
memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan
membaca cepat adalah :
(a) metode kosakata; metode yang berusaha
untuk menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi
pembaca(pemula) yang
mengalami hambatan.
(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan
kecepatan membaca dengan
menigkatkan kecepatan gerak mata.
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi
kecepatan mambaca :
(a) vokalisai atau berguman ketika membaca,
(b) membaca dengan menggerakan bibir tetapi
tidak bersuara,
(c) kepala bergerak searah tulisan yang
dibaca,
(d) subvokalisasi; suara yang biasa ikut
membaca di dalam pikiran kita,
(e) jari tangan selalu menunjuk tulisa yang
sedang kit abaca,
(f) gerakan mata kembali pada kata-kata
sebelumnya.
3. Membaca Dangkal (Superficial Reading)
membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam
dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca
demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan,
kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
II. Membaca Intensif
membaca intensif atau intensive reading
adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita
kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
A. Membaca
Telaah Isi
1. Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan
membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti
bahan-bahan yang disukai.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding)
adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar
atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical
review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang
dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan
keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun
makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca
yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada
bacaan.
5.
Membaca Kreatif
6.
Membaca kreatif adalah
kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar
baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk
kehidupan sehari-hari.
C. Membaca
Telaah Bahasa :
1.
Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan
utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan
mengembangkan kosakata (developing vocabulary)
2. Membaca Sastra (Literary Reading)
2. Membaca Sastra (Literary Reading)
Dalam
membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam
karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk
bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat
membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
No comments:
Post a Comment