Sunday 4 September 2016

makalah budidaya melinjo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini perhatian terhadap tanaman melinjo cukup meningkat, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Sejak minyak dan gas bumi mulai pudar kdudukannya sebagai primadona bahan ekspor, orang mulai menyadari bahwa tanaman melinjo dapat diandalkan sebagai salah satu sumber devisa.
Berdasarkan sejarahnya, melinjo berasal dari Semenanjung Malaysia. Distribusinya sekarang ini membentang dari daerah Assam sampai Kepulauan Fiji (Markgraf, 1954). Namun ada orang yang kurang setuju dengan pendapat tersebut; mereka beranggapan bahwa melinjo berasal dari indonesia. Tanaman ini oleh pendatang dibawa dari Amboina ke Penang pada tahun 1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia (Hunter, 1909).
Di indonesia, melinjo merupakan tanaman yang tumbuh tersebar di mana-mana, banyak ditemukan di tanah-tanah pekarangan rumah penduduk pedesaan dan halaman-halaman rumah penduduk di kota. Ada yang sengaja di tanam, banyak yang tumbuh tanpa perawatan sebagai tanaman sela di antara tanaman-tanaman jenis lainnya. Nama tanaman ini di berbagai daerah di Indonesia ternyata bermacam-macam, yakni belinjo, melinjo, bagor, so, trangkil, dan tangkil sako, menunjukkan penyebarannya yang cukup luas. Meskipun tanaman melinjo sudah lama dikenal orang dan dimanfaatkan, tetapi baru akhir-akhir ini dibudidayakan secara khusus dan monokulturdi perkebunan-perkebunan seperti yang terdapat di Piddie (Aceh), Raja Batu Kadaton (Lampung), dan di Limpung Jawa Tengah (Titi Sudarti, 1990).Hampir seluruh bagian tanaman melinjo, mulai dari daun, bunga, buah sampai batangnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Buah yang sudah tua merupakan bahan baku emping melinjo, kulit batangnya dapat dijadikan tali untuk jala atau yali panjat, kayunya untuk bahan pembuatan kertas, sedangkan daun, bungan dan buahnya yang masih muda bisa digunakan sebagai bahan sayur.

1.2  TUJUAN
1. Untuk mengenal tanaman melinjo.
2. Untuk mengetahui proses menanam tanaman melinjo.
3. Untuk mengetahui cara memelihara tanaman melinjo.

1.3  RUMUSAN MASALAH
1. Apakah tanaman melinjo itu ?
2. Bagaimanakah proses menanam tanaman melinjo ?
3. Bagaimanakah cara memelihara tanaman melinjo ?

     

BAB II
PEMBAHASAN

1.1  MENGENAL TANAMAN MELINJO
A.    Seluk-Beluk Tanaman
Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda: bijinya tidak terbungkus daging tetapi hanya terbungkus kulit luar. Lain halnya dengan buah-buahan seperti mangga, rambutan, engkeng, duku dan sebagainya, yang bijinya terbungkus daging buah sehingga tumbuhan berbiji ini disebut tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).
Menurut Becker dan Van De Brink (1963), di Jawa hanya terdapat satu jenis melinjo, yaitu Gnetum gnemon L. Vardo mesticum. Namun berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk pohon dan variasi bentuk dan ukuran buah atau bijinya, di Jawa terdapat beberapa varietas melinjo.  Tanaman melinjo dapat hidup sampai mencapai umur di atas 100 tahun dan masih tetap menghasilkan buah (bagi tanaman yang memenuhi syarat masih bisa berbuah). Di desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah pohin melinjo berumur lebih dari 100 tahun, yang setiap panen raya melinjo mampu manghasilkan buah melinjo sebanyak 80 Kg-100 Kg. Dengan kondisi tersebut pohon melinjo ini dinyatakan unggul dan meraih Juara Kedua untuk seluruh tanaman melinjo di Jawa oleh Tim Penilai dari Departmen Pertanian pada tahun 1987. Sedangkan Juara Pertama diraih tanaman melinjo dari Jawa Barat.

B.     Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir, dan berkapur. Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu tergenang air atau yang berkadar asam tinggi (PH tanah terlalu asam). Di Indonesia, tanaman melinjo didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah pegunungan, tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban tinggi, yaitu yang mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim kering selama 3 bulan. Perbedaannya, daun tanman melinjo yang tumbuh fi daerah pegunungan lebuh
tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak.

C.    Jenis Kelamin
Kebanyakan buku pustaka menyatakan bahwa melinjo termasuk golongan tanman yang berumah dua (dioecy), artinya bungan jantan dan bungan betina didapatkan pada pohon yang berlainan (Statsburger, 1879; Heyne, 1917; Burkill, 1925; Grevost, 1953; Margraf, 1951; dan Ochse, 1977). Namun hasil pengamatan Van Der Pijl (1959) di Jawa Barat dan di Jawa Tengah menunjukkan bahwa ada phon melinjo yang berkelamin hermaphrodite, yakni pada satu pohon melinjo didapatkan bunga jantan dan bungan betina (monoecy), tetapi jenis ini jumlahnya tidak banyak.
Dengan danya pohon jantan, betina, dan hermaphrodite, maka kita dihadapkan pada suatu masalah dalam upaya membudidayakan tanaman melinjo secara komersial. Apakah pohon itu jantan, betina atau hermaphrodite, baru akan bisa diketahui setelah berbunga, yaitu pada umur 5-7 tahun. Lain halnya bila pengembangan tanaman melinjo menggunakan bibit cangkokan (pengembangan secara vegetatif), sebab kita bisa mencangkok cabang pohon melinjo yang jantan ataupun yang betina. Demikian juga dengan pengembangan melalui bibit okulasi, penyambungan (grafting), dan penyusunan, bisa ditempelkan mata atau batang atas yang berasal dari pohon yang sudah diketahui jenis kelaminnya.

D.    Varietas
Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, dikenal adanya 3 varietas melinjo yaitu:
  1. Varietas Kerikil
Buah atau biji melinjo varietas ini ukurannya kecil, bentuknya agak bulat.jumlah buah tiap pohon bisa lebat.
  1. Varietas Ketan
Buah atau biji melinjo varietas ini jauh lebih besar daripada Varietas Kerikil, bentuknya panjang jumlah buah tiap pohon bisa lebat.
  1. Varietas Gentong
Buah atau biji melinjo varietas ini ukurannya paling besar, dengan bentuk
agak bulat. Jumlah buah tiap pohon kurang lebat. Dari antara 3 varietas tersebut, yang paling disukai oleh para tengkulak atau para produsen emping melinjo adalah varietas Gentong, karena lebih muda memasarkannya dan harganya sedikit lebih tinggi; sedangkan oleh para produsen emping melinjo, varietas Gentong dirasakan lebih efisien secara ekonomis.

E.     Kegunaan
Melinjo banyak faedahnya, hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daun muda (disebut dengan daun so), bunga (disebut dengan kroto), kulit biji yang tua, dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang cukup populer dikalangan masyarakat. Bahkan kulit biji yang tua itu setelah diberi bumbu kemudian digoreng menjadi makanan ringan (sering disebut dengan gangsir) yang cukup lezat. Semua bahan makanan yang berasal dari tanaman melinjo mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, selain karbohidrat juga mengandung lemak, protein, mineral dan vitami-vitamin.
Kulit batang tanaman melinjo dapat dijadikan tali untuk jala atau untuk tali
panjat. Kayunya dapat digunakan untuk perkakas dapur, seperti parut dan telenan. Bahkan kayu tanman melinjo dapat diproses menjadi kertas yang kualitasnya baik (Heyne, 1917). Namun dikalangan petani melinjo, pemanfaatan kayu melinjo kurang populer, kebanyakan petani sangat menyayangi tanaman melinjo, sehingga tidak mau mengorbankan tanaman ini hanya sekedar untuk domanfaatkan kayunya.
Menurut Grevost (1929), di Malaysia kayu tanaman melinjo di gunakan uga sebagai bahan bangunan (untuk pembuatan rumah), dan papan kayunya apat dibuat peti. Kulit batangnya mengandung banyak serat dan dapat dipintal benang yang kuat, dapat dipakai untuk tali pancing, jala dan lis kuda pedati. Dari antara semua bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan, yang terpenting adalah biji melinjo yang telah tua. Biji melinjo yang telah tua merupakan bahan baku pembuatan emping yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pemasaran emping melinjo sudah tersebar luas di dalam negeri, bahkan Indonesia sudah melakukan ekspor emping melinjo ke beberapa negara Asia, Eropa dan Amerika Serikat.

2.2  MENANAM MELINJO
A.    Pembibitan
Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (dengan biji) dan dengan cara (cangkokan, okulasi, penyambungan, stek). Masing-masing cara tersebut tentunya mengandung kabaikan dan kelemahan yang secara lengkap akan diuraikan lengkap berikut ini.
1)      Secara Vegetatif
Pengembangan tanaman melinjo juga dapat dilakukan secara vegetatif, yaitu melalui cangkokan, okulasi, sambungan dan stek. Cara-cara ini pun memilki kebaikan dan kelemahannya. Namun secara umum pengembangan dengan cara vegetatif ini bertujuan:
· Mendapatkan sifat tanaman yang sama dengan induknya.
· Mandapatkan sufat tanaman yang pendek.
Masing-masing cara pengembangan vegetatif ini akan diketengahkan:
a)      Mencangkok
Tanaman melinjo termasuk tanaman yang mudah dicangkok, sehingga cara ini merupakan cara yang praktis, dan beberapa bulan saja sudah tumbuh perakarannya serta cepat bisa dipisahkan dari pohon induknya. Namun ada kebaikan dan kelemahannya.
Kebaikannya adalah:
Ø       Sifat dari tanaman cangkokan itu sama benar dengan sifat induknya, termaasuk sudah diketahui jenis kelaminnya.
Ø       Tanaman bisa cepat berproduksi, yaitu hanya membutuhkan waktu 3-4 bulan asal dirawat dengan baik.  
Kelemahannya adalah:
Perakarannya dangkal karena tidak memiliki akar tunggang, sehingga lebih mudah tumbang dan kurang tahan terhadap kekeringan
·         Pengembangan tanaman melinjo secara besar-besaran sulit bisa dopenuhi dari bibit cangkokan.
Mancangkok tanaman melinjo pada prinsipnya sama dengan mencangkok tanaman lain. Alat yang diperlukan berupa pisau yang tajam dan bersih, serabut kalapa atau kantong plastik sebagai pembungkus, dan tali plastik rafia. Media yang digunakan sebagi tempat tumbuh akar cangkokan adalah tanah gembur yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang sudah jadi.
Pilihlah tanaman melinjo yang memiliki sifat-sifat baik yaitu sehat, menghasilkan produksi biji melinjo yang banyak dan ukuran bijinya besar- besar. Kemudian dipilih cabang yang akan dicangkok yaitu cabang yang sehat, pertumbuhan rantingnya merata dan besarnya kira-kira sebesar ibu jari kaki orang dewasa. Cabang yang terpilih disayat melingkar, dan jarak sayatan bagian atas dan bawak kira-kira 5-6 cm. Kulit bagian sayatan ini dikupas sampai pada bagian kayunya, dan lapisan kambiumnya dihilangkan.bagian luka tersebut ditutup dengan tanah gembur yang sudah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya. Agar tanah dapat melekat dan menggumpal pada cabang yang disayat, maka tanah tersebut terlebih dahulu dibasahi dengan air, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik dan diikat dengan tali rafia. Khusus bila pembalutnya dari plastik, perlu dilubangi bagian atasnya sebagai jalan masuknya air pambasah tanah pada cangkokan. Lebih baik bila kita mencangkok pada musim hujan, sehingga tidak perlu menyirami cangkokan. Apabila pencangkokan dilakukan pada musim kemarau, maka harus dijaga agar tanah dalam cangkokan tetap dalam keadaan basah-basah lembab. Untuk meringankan pekerjaan ini, lebih praktis apabila ditempatkan sebuah kaleng yang utuh atau tabung bambu di atas cangkokan; kaleng atau tabung bambu ini bagian bawahnya dilubangi kecil terlebih dahulu dan diisi dengan air. Dengan demikian ada tetesan-tetesan air yang selalu membasahi tanah
·         cangkokan.
Tanamna melinjo termasuk tanaman yang mudah dicangkok, artinya perakaran cangkokannya mudah dan cepat tumbuh. Dalam waktu 3-4 bulan, cabang yang dicangkok dapat dipotong atau dipisahkan dari pohon induknya dengan cara digergaji.
Bibit cangkokan yang sudah dipisahkan dari pohon induknya jangan langsung ditanam dilapangan, melainkan di tanam terlebih dahulu dalam keranjang atau pot ukuran besar agar tidak mengalami stagnasi. Sebelum di tanam dalam keranjang atau pot, daun-daun bibit cangkokan perlu dikurangi banyak untuk mengurangi penguapan air yang ada dalam organ bibit, sehingga bibit cangkokan tidak mengalami kekeringan yang mematikan; baru kemudian di tanam dalam keranjang atau pot yang terlebih dahili diisi tanah gembur dan bebas dari rayap dicampur dengan pupuk kandang. Selanjutnya bibit cangkokan dalam karanjang atau pot itu diletakkan di tempat yang agak teduh, namun diusahakan selalu mandapatkan sinar matahari pagi sampai agak siang, dan menjaga agar tanah dalam keranjang jangan sampai kering. Setelah beberapa bulan akan bertambah tunas-tunas dan daun- daun , sehingga sudah mungkin ditanam di lapangan.
a)      Penyambungan
Cara pengembangan secara vegetatif yang lain adalh dengan penyambungan, yaitu menempelkan bagian tanaman yang dipilih (berasal dari pohon induk) sebagai batang atas (entrys)kapada bagian tanaman lain sebagai batang bawah (onder stam), untuk membentuk satu tanaman bersama (kombinasi). Ragam penyambungan itu ada banyak sekali, tetapi pada pokoknya dapat dibagi dua yaitu:
Penyambungan pucuk (enten, grafting), termasuk disini adalah model penyusuan (inarching, approach graftung). Penyambungan mata atau biasa disebut dengan okulasi. Pengembangan tanaman dengan penyambungan ini bertujuan:
·         Mempertahankan atau memperoleh sifat-sifat baik dari pohoninduk.
·         Memperoleh kebaikan batang bawah yang pada umumnya digunakan bibit yang berasal dari biji, sehingga perakarannya dalam dan kuat.
·         Mengubah jenis kelamin tanaman yang diinginkan sehingga nantinya dapat menghasilkan biji dalam jumlah dan mutu yang baik.
·         Memperpendek tanaman, sehingga mempermudah dalam pemetikan (pemungutan) bijinya.

Cara melakukan okulasi: terlebih dahulu menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji, yaitu bibit yang sudah berumur 1-2 tahun (kira-kira batangnya sebesar jari tangan sampai sebesar ibu jari kaki).
Mata tempel di ambil perlahan-lahan dengan mengupas kulit sekitar mata dari pohon induk yang benar-benar bagus (sehat dan produktif), demikian pula tanaman yang akan ditempeli (batang bawah) dikupas kulitnya setunggi 15-30 cm dari permukaan tanah. Setelah mata ditempelkan, kemudian ditutup dengan tali rafia dengan mata tunas tetap terbuka. Beberapa hari kemudian okulasi dikatakan berhasil bila mata tunas tetap segar, tetapi bila menjadi kering maka okulasi mengalami kegagalan dan perlu diulang.
Apabila okulasi berhasil, maka tali rafia dibuka, kemudian batang di sebelah atas okulasi dirundukkan (jangan cepat-cepat dipotong seluruhnya agar mata tunas dapat cepat tumbuh). Kalau tunas-yunas tersebut sudah memiliki beberapa daun (sudah mampu berasimilasi), maka bagian batang atas yang dirundukkan dipotong habis. Melakukan okulasi pada tanaman melinjo termasuk mudah, karena kulit batangnya mudah dilepas. Dengan demikian pengambilan mata tunas sangat mudah, yaitu dengan mengupas kulit yang mengandung mata tunas secara melingkar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan okulasi
adalah:
·         Menjaga kelembaban udara di tempat perlakuan tetap tinggi
·         Jangan terlalu banyak terkena teriknya sinar matahari secara langsung
·         Jangan dilakukan pada musim hujan yang lebat karena mata tunas mudah busuk.
b)     Stek Batang
Cara lain dalam pengembangan vegetatif yaitu dengan stek;
maksudnya mengusahakan parakaran dari batang tanman melinjo yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk ditanam. Tujuan menggunakan cara ini adalah:
·         Diperoleh bibit tanaman melinjo yang sifat-sifatnya sama dengan pohon induknya (sifat-sifat yang unggul)
·                     Diperoleh bibit tanaman yang jumlahnya besar Cara melakukan: membuat bedengan untuk pesemaian di tempat yang terlindung dengan ukuran secukupnya. Media pesemaian terdiri dari campuran pasir, tanah, pupuk kandang atau kompos yang sebelumnya disterilkan lebih dahulu dengan larutan formaline 4% sebanyak sepuluh liter larutan per meter persegi tanah pesemaian. kemudian disiapkan sungkep (kerudung) dari plastik bening. Bentuk sungkep melengkung seperti tudung saji dengan ukuran sama dengan ukuran panjang lebarnya bedengan pesemaian, dan tingginya sekitar 0,75 m. Di pilih cabang-cabang tanaman melinjo yang akan distek yaitu cabang yang sehat dan berumur sekitar 1 tahun. Panjang stek antara 10- 20 cm, dengan pemotongan cabang bagian bawah tepat di bawah tunas. Kemudian potongan-potongan stek di celupkan ke dalam bubuk rooton setelah di basahi lebih dahulu dengan air untuk mempercepat pertumbuhan akar. Selanjutnya potongan-potongan stek tersebut di tanam pada bedengan pesemaian dengan jarak tanam 5 x5 cm, dan kemudian di tutup dengan sungkep plastik. Penyiraman dilakukan setiap hari. Bila stek sudah milai tumbuh akarnya (dalam waktu sekitar 2 bulan) dan sudah kuat perakarannya, maka sudah dapat di pindahkan ke dalam kantong plastik yang nantinya bila sudah kuat dengan segera dipindahkan ke lapangan.
Cara pengembangan dengan cara stek ini lebih praktis untuk penyediaan bibit tanaman yang banyak. Namun keberhasilan memang belummemuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan bahan stek asal tunas air, yaitu tunas yang keluar dari batang pohon dekat tanah. Jaringan tunas air itu lebih meristematis karena sifatnya juvenil. Untuk memacu keluarnya akar juga dapat digunakan zat pengatur tubuh (growth hormon) misalnya IAA (Indole Acetic Acid), INA (Indole Naphtalene Acid) dan IBA (Indole Butyric Acid).

B.     Penanaman
Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari dan disiapkan sebaik-baiknya. Seperti halnya tanaman lainnya, 3-4 minggu sebelim tanam perlu disiapkan lubang-lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 75 cm (panjang, lebar, dalam) dengan jarak antar tanaman adalah 6-8m.Lubang-lubang tersebut sebelum ditanami harus ditimbun kembali dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan 2 bagian tanah dan 1 bagian pupuk kandang. Serta sedikit pestisida.
Bibit-bibit tanaman melinjo yang masih berada dalam meranjang atau pot disiapkan dengan membuang keranjangnya atau potnya secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak. Kemudian bibit di tanam pada lubang-lubang tanam dengan
kedalaman dari pangkal batang sampai permukaan tanah sekitar 10-15 cm,\; sedangkan untuk bibit cangkokan penanamaannya dari pangkal batang sampai permukaan tanah sedalam 50-60 cm agar nantinya tanaman tidak mudah roboh (tumbang). Akan lebih baik bila jenis kelamin tanaman yang di usahakan itu diatur. Dari sejumlah besar tanaman yang berkelamin betina harus ditanam pula beberapa yang berkelaminan jantan dengan posisi menyebar.
 
 
 BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Dari berbagai rangkuman di atas, kita dapat peroleh kesimpulan mengenai varietas melinjo, kegunaan melinjo, cara menanam melinjo dan cara memelihara tanaman melinjo.

B. Saran
Maka daripada itu sebelum kita memutuskan untuk menggeluti budidaya melinjo, sebaiknya kita harus terlebih dahulu mengenal seluk beluk tanaman melinjo sehingga kita dapat memperoleh hasil yang memuaskan.Selain itu kita juga dapat mengetahui dan mengatasi berbagai macam hama yang menyerang tanaman melinjo.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Hatta Sunanto. 1993. Budidaya Melinjo Dan Produksi  mping.Yogyakarta.Kanisius. Anonymous.1986.Budidaya Melinjo.BIP Aceh

Anonymous.1986.Cara Budidaya Melinjo dan Pembuatan Emping.Dinas Perkebunan DIY
Anonymous.(84-85).Beberapa Cara Perbanyakan Vegetatif.BIP Ungaran.Jawa Tengah
Cadiz RT , Florido HB. 2001. Bago : Gnetum gnemon Linn. Research Information system 13
Departemen Pertanian.1986.Melinjo dan Empingnya.Proyek Informasi Pertanian DIY
Heald,F.D.1943.Introduction to Plant Pathology.McGraw Hill Book Company Inc New York
Maheswari,P., and  V.vasil.Gnetum.Council of Scientific and Industrial Research New Delhi
Manner HI, Elevitch. 2006. Gnetum gnemon. [www.traditionaltree.org]. [5 Jun 2010].
Sudarti,T.1990.Seputar Tanaman Melinjo 1 & 2.Kedaulatan Rakyat.Yogyakarta.25-26 Januari 1990
Tjandra D. 2007. Antioksidan dari Biji Melinjo. [5 Jun 2010].
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004.Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: GMU Press





No comments:

Post a Comment