Friday 2 September 2016

Makalah Sosial Masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN


A.       Latar Belakang

Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa suatu Negara atau wilayah itu akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya kurang mendapat perhatian. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas bersama dan berjangka waktu yang panjang karena menyangkut pendidikan bangsa.
Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Pemalang yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi patron-klien sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekpresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks (laut menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku konsumtif (Kusnadi, 2009:39).
Melihat dari relita yang ada maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di pesisir pantai  Sigli khususnya  di Kelurahan  Pasi Rawa  dengan  mengambil  juduPengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan Di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli

 

B.        Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut.
1.     Adakah pengaruh antara kondisi sosial keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli ?
2.     Adakah pengaruh antara kondisi ekonomi keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli ?
3.     Seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli ?

C.       Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.            Mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi sosial keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli
2.            Mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi ekonomi keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli
3.            Mengetahui berapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak nelayan di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli .

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang hukum pidana khususnya mengenai Disparitas Pemidanaan Pelaku Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak (Suatu Penelitian di Wilayah Kampong Rawa Sigli).
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui faktor penyebab pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan gampong pasi rawa
2.      Untuk mengetahui dampak disparitas pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan gampong pasi rawa
3.      Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan gampong pasi rawa




BAB II

LANDASAN TEORI

A.       Kondisi Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.
Menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya. Sedangkan menurut Bintarto (1977) dalam Fandi mengemukakan tentang pengertian kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu usaha bersama dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi atau mengurangi kesulitan hidup, dangan lima parameter yang dapat di gunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, Usia, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan dan jenis tempat tinggal.


B.                       Faktor-Faktor     yang     Menentukan     Kondisi     Sosial     Ekonomi     dan Berpengaruh Terhadap Tingkat Pendidikan Anak

Berdasarkan kodratNya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajatnya, akan tetapi sesuai dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa mempunyai status atau kedudukan dan peranan. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya,merujuk pada hasil penelitian Lorenzia (2003), diketahui bahwa proporsi pendapatan, persepsi pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan anak, maka dalam kajian penelitian ini akan dibatasi empat faktor yang melatarbelakangi kondisi sosial ekonomi keluarga nelayan yang berpengaruh terhadap tingkat  pendidikan anak yaitu latar belakang pendidikan orang tua, umur orang tua, pendapatan dan pengeluaran keluarga serta  kepemilikan kekayaan.
1.            Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No.  20  Tahun  2003  Pasal  1). 
2.            Usia atau Umur Orang tua

Umur adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan perkembangan. Umur mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah pula pengalaman dan pengetahuan yang di perolehnya (Hurlock, 2004 dalam Waedi, 2009:19).
Usia adalah waktu yang mengukur waktu berdasarkan satu benda atau mahluk hidup maupun mati misalnya umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia lahir sehingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur itu diukur dari mulai dia lahir sampai sekarang ini (Weliono, 2002 dalam Fandi, 2012).

C.                      Teori Pendidikan

Pendidikan dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayatnya. Tanpa adanya pendidikan akan sangat mustahil lahirnya peradaban baru yang berkembang, sejahtera, bahagia, dan maju seperti apa yang dicita-citakan dalam pandangan hidup mereka, oleh karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan dari suatu masyarakat atau negara. Semakin tinggi cita-cita atau taraf kemajuan yang diinginkan, maka akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan yang dibutuhkan.

D.                      Nelayan

Menurut Imron dalam Mulyadi (2005:17), nelayan adalah Suatu kelompok masyarakat yang kehidupanya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri dari kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor kebudayaan ini menjadi pembeda masyarakat nelayan dari kelompok sosial lainnya.

 

E.                       Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pendidikan Anak

Kondisi sosial ekonomi suatu  keluarga  akan  mencerminkan bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Hal ini didasari oleh mampu atau tidaknya terhadap pemenuhan kebutuhan yang menjadi tolak ukur kesejahteraan keluarga. Jika suatu keluarga dikatakan mampu untuk memenuhi kebutuhannya, maka keluarga tersebut dikatakan sejahtera. Begitu pula sebaliknya, jika keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, maka dikatakan tidak sejahtera.
Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang mana ditunjukkan dengan tingkat pendidikan masyarakatnya. Pendidikan sangat membutuhkan dorongan ekonomi, maka akan sangat sulit sekali melepaskan pendidikan dengan faktor ekonomi. Katerkaitan inilah yang akan mendasari hubungan kondisi sosial ekonomi dengan pendidikan



BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1   Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan CrossSectional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel motivasi kerja dengan produktivitas kerja.Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramal, memprediksi dan mengontrol suatu gejala. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena menggunakan data yang memerlukan perhitungan dan menggunakan analisa kualitatif untuk mendiskripsikan data-data yang sudah diperoleh sehingga akan lebih jelas data tersebut. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang berhubungan, yaitu variabel X (Motivasi) dan variabel Y (Produktivitas Kerja).

 

3.2   Populasi Dan Sampel

A.                 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, Suharsimi, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga nelayan di daerah penelitian yang memiliki anak usia sekolah jumlahnya ada 852 Rumah tangga (KK) yang tersebar dalam 8 RW.

B.                 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Mengingat populasinya sangat besar dan lokasinya luas, serta agar diperoleh sampel yang  representative            yaitu    sampel yang    benar-benar menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, maka sampel diambil memakai dengan teknik Combined Sampling, yaitu Purposive, Proportional, Random Sampling.
Purposive Sampling yaitu sampling yang bertujuan untuk mengambil subjek yang di dasrkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2006:183). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan anak nelayan di Gampong Pasi Rawa, maka sesuai dengan Purposive Sampling hanya keluarga nelayan yang memliki anak usia sekolah yang dijadikan sampel penelitian ini.
Proportional Sampling yaitu sampling yang bertujuan untuk memperoleh sampel yang representative dari setiap wilayah ditentukan sebanding dengan banyaknya subyek dari masing-masing wilayah (Arikunto, 2010:182). Penelitian ini memproporsionalkan sampel dari masing-masing RW sesuai  Area Sampling dengan 10%. Maka setiap RW akan di proporsionalkan sebesar 10% agar sampel yang diperoleh representative, sesuai dengan banyaknya subjek dari setiap RW.
Random Sampling yaitu apabila peneliti mengambil sampel dengan melakukan undian yang mana berlaku untuk semua populasi (Arikunto, 2010:177). Dengan kata lain pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak, sehingga dalam pengambilan sampel kepala keluarga adalah dengan melakukan undian yang mana berlaku untuk semua polulasi. Semua subjek yang termasuk dalam populasi memilki hak yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Masing masing subjek diberi nomer urut sesuai dengan   abjad nama atau urutan nomer semula. Dengan kertas gulungan yang berisi nomer- nomer subjek, yaitu dengan jumlah sampel 85 responden.


Tabel 3.2
Kisi-kisi Pengambilan Sampel secara Area Proportional Random Sampling.
No
RW
Populasi
Persentase
Sampel
1
RW 1
191
10
19
2
RW 2
143
10
14
3
RW 3
244
10
24
4
RW 4
90
10
9
5
RW 5
77
10
8
6
RW 6
63
10
6
7
RW 7
27
10
3
8
RW 8
17
10
2

Jumlah
852
10
85
Sumber: Data Primer diolah dari Desa 20

3.3   Variabel Penelitian

            Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118), variabel adalah objek  penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.            Variabel Bebas (X)
            Variabel bebas adalah gejala atau faktor yang mempengaruhi gejala atau unsur lain, yang selanjutnya disebut dengan variable X. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah kondisi sosial  ekonomi nelayan, yaitu:
a)          Kondisi Sosial Keluarga

·         Latar belakang pendidikan ora
·         tua Usia/Umur orang tua
b)          Kondisi Ekonomi Keluarga

·         Pendapatan keluarga dan Pengeluaran keluarga 
·         Pemilikan kekayaan
2.            Variabel Terikat (Y)

            Variabel terikat adalah variabel sebagai akibat dari variabel bebas, yang termasuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan anak yaitu pendidikan Sekolah dasar (SD / MI) atau (SMP / MTS),  pendidikan menengah (SMA / Sederajat),  dan pendidikan tinggi  (Perguruan Tinggi).

3.4  Metode Pengumpulan Data


            Metode pengumpulan data secara teknik menunjukkan bagaimana cara mendapatkan atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dimaksud. Metode pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan- bahan yang relevan, akurat, dan terpercaya, adapun metode yang digunakan adalah:
1.            Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal- hal atau variasi yang berupa catatan, buku, agenda, dan sebagainya (Arikunto, Suharsimi, 2006:158). Metode ini digunakan untuk mencari data monografi Gampong Pasi Rawa dan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2.            Metode Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui (Arikunto, Suharsimi, 2006:151). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data atau keterangan dari responden dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis.
3.            Metode Wawancara

Metode ini dilakukan untuk melengkapi metode angket atau  kuesioner, yaitu jika responden tidak dapat menjawab kuesioner secara langsung kerena keterbatasan kemampuan dalam memahami kuesioner, maka dalam keadaan seperti ini metode wawancara perlu digunakan dengan pedoman pada pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.

3.5   Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan dan merupakan pernyataan paling penting kedudukanya dalam penelitian. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
1.            (Ha): Terdapat pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli ”.
2.            (Ha): Terdapat pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap  tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli ”.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

A.                      Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 85 responden di Gampong Pasi Rawa yang dianalisis secara regresi dan diuji statistik pula untuk membuktikan hipotesis yang diajukan peneliti. Variabel yang diteliti adalah kondisi sosial dan kondisi ekonomi keluarga sebagai variabel bebas dan tingkat pendidikan anak sebagai variabel terikatnya. Lebih rinci hasil penelitian terhadap ketiga variabel akan dipaparkan di bawah ini.
Ketika responden mengisi angket, responden tersebut didampingi oleh peneliti supaya ketika responden ingin bertanya dan ada yang kurang jelas terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket yang telah disediakan, responden dapat bertanya kepada peneliti dan sebaliknya peneliti dapat tanya jawab dengan responden. Proses penelitian berlangsung selama 13 hari dengan menggunakan bantuan 3 orang ketika terjun kelapangan. Satu  harinya mendapat 5-6 responden, kecuali hari jumat mendapatkan 8 responden karena pada hari jumat banyak masyarakat yang tidak pergi melaut. Responden dalam mengisi angket membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 25 menit.
1.                     Analisis Deskriptif Persentase Variabel Penelitian
Analisis deskriptif persentase bertujuan untuk memperjelas gambaran terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu kondisi sosial, kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan anak.


a.                                Variabel Kondisi Sosial
Pada variabel deskriptif kondisi sosial, penilaian dilakukan dengan 2 indikator, diantaranya adalah pendidikan dan umur orang tua. Berikut adalah tabel deskriptif kondisi sosial berdasarkan pada hasil penelitian mengenai kondisi sosial orang tua.
Tabel 4.4 Distribusi Variabel Kondisi Sosial
Kriteria
Frekuensi
Persentasi (%)
Sangat Tinggi
0
0
Tinggi
4
5
Sedang
50
59
Rendah
31
36
Jumlah
85
100
Rata-rata
48.8
Kriteria
S
Sumber: Data Penelitian, diolah 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 85 responden diperoleh keterangan tentang kondisi sosial sebagai berikut : 0 keluarga (0%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria sangat tinggi, 4 keluarga (5%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria tinggi, 50 keluarga (59%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria sedang, 31 keluarga (36%) memiliki kondisi sosial dengan kriteria rendah. Secara klasikal persentasi kondisi sosial sebesar 48,8% dan termasuk dalam kriteria sedang. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang kondisi sosial.
Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Kondisi Sosial Keluarga

B.                       Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Tingkat Pendidikan Anak di Gampong Pasi Rawa Kecamatan Kota Sigli , diperoleh keterangan secara simultan kedua variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap Tingkat pendidikan anak.


BAB V

PENUTUP

A.       Kesimpulan

Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial keluarga terhadap tingkat pendidikan anak nelayan sebesar 5,8%, artinya variasi kondisi sosial mampu menjelaskan variasi tingkat pendidikan anak sebesar 5,8%. Maka semakin tinggi kondisi sosial keluarga akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan anaknya.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap tingkat pendidikan anak nelayan sebesar 12,1%, artinya variasi kondisi ekonomi mampu menjelaskan variasi tingkat pendidikan anak sebesar 12,1%. Maka semakin tinggi kondisi ekonomi keluarga akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan anaknya.

B.        Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberi saran-saran sebagai berikut:
1.      Orang tua sebaiknya meningkatkan pendapatannya dengan cara bekerja  lebih giat lagi dan mencari pekerjaan tambahan/sampingan, melalui pelatihan-pelatihan yang ada atau pendidikan informal agar pendapataannya bisa bertambah untuk mencukupi kebutuhan.

2.      Untuk meningkatkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian, perlu diadakan program penyuluhan pendidikan dari Pemerintah Daerah setempat melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar, serta baik bagi Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat 

No comments:

Post a Comment